Kolom Hati Dr Muammar Bakry Lc
Kisah Bubur Wanita Yahudi Buta
Setelah Rasulullah wafat tidak ada lagi orang yang membawakan makanan kepadanya. Maka Abu Bakar ra pun menanyakan kepada Aisyah..

ISLAM adalah agama (din) sebagai petunjuk dari Allah swt. Isinya aturan untuk umat manusia melalui Nabi Muhamad saw.
Pengertian ini lalu menjadi identitas bagi orang yang mengaku percaya kepada ajaran Islam. Pengikutnya digelar muslimin.
Di Indonesia, pilihan hati untuk memilih keyakinan sebagai identitas pribadi diidentifikasi di kolom agama di KTP. Kaum Muslimin juga ditandai dari fisik, cara berpakaian, serta rutinitas ritual.
Jika konsep iman berkaitan dengan akidah yang lebih banyak landasannya di wilayah hati dan amat abstrak, maka Islam masuk di wilayah pengamalan syariah. Amalannya dibebankan kepada penganutnya.
Itulah sebabnya rukun Islam; mulai dari syahadat, salat, zakat, puasa, hingga haji, wajib diamalkan sebagai syarat keislaman seseorang.
Selain formil, pemilihan kata Islam sesungguhnya sarat dengan substansi makna dan pesan yang agung. Kata Islam berakar dari kata aslama-yuslimu.
Menggunakan huruf alif (a) untuk menjadikan kata ini sebagai kata transitif yang membutuhkan objek penderita.
Berbeda dengan kata 'salam' yang berasal dari kata salima (intransitif).
Kata 'salam' berarti damai, sementara kata 'Islam' melibatkan dan menjadikan pihak lain turut menikmati kedamaian. Karena itu, orang Islam sejatinya tidak asik dengan dirinya sendiri, tapi berusaha memberi kedamaian di tengah lingkungannya.
Nabi Muhammad berpesan, bahwa orang muslim kepada orang lain terjaga karena lidah dan tangannya.
Artinya lidah dan tangan orang muslim tidak pernah membuat orang lain merasa terancam, resah, gelisah dan menjadi korban.
Selain makna di atas, substansi makna lainnya dari kata Islam yaitu menundukkan wajah, berserah diri hanya kepada Allah swt. Sebagaimana yang disebut dalam beberapa ayat misalnya QS al-Nisa: 125, QS. al-Baqarah:131, Ali Imran: 83. Makna dari pengertian ini bahwa puncak keislaman seseorang ketika menyerahkan diri secara totalitas kepada Allah swt dengan menjalankan semua keinginan-Nya. Karena itu, ada dua arus makna Islam yang utama, pertama penyerahan diri kepada Sang Khalik yang sifatnya transendental. Kedua, makna yang sifatnya horizontal yang membawa kedamaian kepada seluruh makhluk.
Dalam banyak ayat menjelaskan hal itu tentang bagaimana Nabi diajarkan untuk lemah lembut agar orang tidak antipati kepadanya.
Larangan memaksa orang untuk masuk Islam juga banyak ditemukan dalam ayat maupun hadis.
Tuhan saja tidak pernah memaksa hambanya untuk beriman kepadanya. Dia hanya memberi tawaran dan pilihan, sehingga ketaatan yang muncul dari manusia adalah ketaatan pilihan (ikhiyari) yang siap lahir batin tunduk dan patuh pada pertintahNya, bukan ketaatan paksaan (ijbari) seperti makhluk yang tidak punya pilihan contohnya matahari, bulan dan lain-lain.
***
Islam itu dari hati dan lembut. Diajarkan bukan dengan kekerasan.
Dalam banyak ayat Alquran, menjelaskan bagaimana Nabi diajarkan lemah lembut agar orang tidak antipati kepadanya.
Larangan memaksa orang masuk Islam juga banyak ditemukan dalam ayat maupun hadis.
Tuhan saja tidak pernah memaksa hambanya untuk beriman kepadanya. Dia hanya memberi tawaran dan pilihan, sehingga ketaatan yang muncul dari manusia adalah ketaatan pilihan (ikhiyari) yang siap lahir batin tunduk dan patuh pada pertintahNya, bukan ketaatan paksaan (ijbari) seperti makhluk yang tidak punya pilihan contohnya matahari, bulan dan lain-lain.
Itulah sebabnya Nabi Muhammad saw berbuat baik kepada semua orang tanpa meilhat latar belakang agamanya.
Dalam riwayat disebutkan Nabi selalu membawakan makanan kepada seorang perempuan Yahudi Buta yang sering memakinya dengan pembohong dan penyihir.
Setelah Rasulullah wafat tidak ada lagi orang yang membawakan makanan kepadanya. Maka Abu Bakar ra pun menanyakan kepada Aisyah, istri Nabi tentang kebiasaan Rasulullah yang belum dikerjakan.
Setelah mendengar penjelasan Aisyah yang juga putrinya sendiri, Abu Bakar mendatangi perempuan Yahudi itu lalu memberikan makanan kepadanya. Ternyata ketika Abubakar ra mulai menyuapinya, si perempuan Yahudi marah dan berkata kamu bukan orang yang biasa datang menyuapiku, biasanya jika ia datang membawakanku makanan tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah karena terlebih dahulu ia haluskan lalu ia menyuapku.
Abubakar ra tidak dapat menahan air matanya, lalu ia menangis sambil berkata kepada perempuan itu, "Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah saw".
Spontan perempuan itu pun menangis mendengar penjelasan Abubakar ra, dengan hati sedih ia berucap 'selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, namun tetap saja ia mendatangiku dengan membawa makanan, begitu mulia agung budi pekertinya, timbul rasa penyesalan yang mendalam lalu dengan ikhlas ia bersyahadat di dapan Abu Bakar ra.
Model Islam seperti inilah yang masuk di Nusantara yang dibawa pedagang dari Gujarat, India selama abad ke-11, meskipun Muslim telah mendatangi Nusantara sebelumnya.
Demikian pesatnya perkembangan Islam Nusantara Pada akhir abad ke-16, Islam telah melampaui jumlah penganut Hindu dan Buddha serta animisme sebagai agama dominan bangsa Jawa, Sumatra dan Sulawesi .
Puncak era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara digantikan dengan kebudayaan Islam dengan hadirnya dakwah yang dicontohkan para wali songo. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Nusantara yang diterima oleh masyarakat secara sukarela melalui kultur budaya yang terasimilasi dalam konsep dan roh Islam.
Mereka berhasil mengislamkan orang secara damai, bukan mengkafirkan orang Islam seperti yang dilakukan sebagian juru dakwah saat ini yang hanya merusak kemurniaan Islam sebagai ajaran yang santun, toleran dan rahmatan lil alamin.
Puasa yang dilakukan dalam bulan Ramadan sebagai rukun yang keempat dalam Islam sesungguhnya melatih jiwa kita untuk menjadi hamba yang tunduk dan patuh kepada Allah swt serta mengasah jiwa kita untuk senantiasa berjihad dengan membawa dan menyampaikan kedamaian di tengah masyarakat. (*)