Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Eks Ketua HMI Bulukumba: Janganki Mau Disogok Caleg!

Praktek money politic atau politik uang, disebut menjadi penyakit kerap muncul saat pesta demokrasi.

Penulis: Firki Arisandi | Editor: Munawwarah Ahmad
Firki Arisandi
Eks Ketum HMI Bulukumba, Rakhmat Fajar 

TRIBUNBULUKUMBA.COM, UJUNG BULU - Praktek money politic atau politik uang, disebut menjadi penyakit kerap muncul saat pesta demokrasi.

Masa tenang kampanye kerap dimanfaatkan oknum tertentu melakukan transaksional jual beli suara.

Baca: Pengamanan Pemilu, Kapolres Bulukumba Dibantu 30 Personel Brimob dari Batalyon C

Baca: KPU Bulukumba Siapkan 8 TPS di Dalam Kawasan Adat Kajang

Jual beli suara ini dinilai merusak sistem demokrasi dianut di Indonesia.

Olehnya, seluruh warga negara harus bersama-sama menghentikan praktek ini demi kualitas demokrasi.

Demokrasi baik bakal menghadirkan pemimpin dan wakil rakyat yang berkualitas.

Demikian disampaikan Eks Ketua Cabang Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Bulukumba, Rakhmat Fajar, Senin (15/4/2019) pagi.

"Bukan rahasia umum lagi yang begitu, bahkan ada memang segelintir masyarakat yang memberikan isyarat akan memberikan suaranya jika diberi uang. Caleg jangan nyogok dan masyarakat janganki mau disogok," harap Fajar.

Baca: Bagi-bagi Uang, Oknum Caleg Dapil I Bulukumba Dilapor ke Bawaslu

Baca: Menang Gugatan SMPN 22 Bulukumba, Agus Minta Ganti Rugi Rp 3,8 Milyar

Pria bertinggi diatas standar kelulusan bintara polisi itu, berharap kepada seluruh pihak, khususnya Bawaslu dan penegak hukum, untuk mengintensifkan pengawasan dimasa tenang kampanye ini.

Pasalnya, pengalaman pemilu sebelumnya, potensi adanya migrasi pemilih banyak terjadi pada akhir-akhir jelang pemungutan suara.

Fajar mengungkapkan, terdapat beberapa jumlah pemilih baru menentukan pilihan ke salah satu caleg di injury time atau menit-menit akhir.

Bahkan, lanjut dia, disaat yang sama pula, pemilih terkadang pindah dari pilihan sebelumnya, lantaran tergiur dengan janji caleg, ataupun adanya pemberian berupa uang dan materi lainnya.

"Harusnya kita sebagai pemilih berkaca pada pemilu sebelumnya, ternyata tak ada kebaikan yang bisa kita rasakan jika pilihan didasari atas adanya pemberian, bukan dari hati nurani atau berdasar pada track record kandidat," jelas Fajar.

Menurut Fajar, oknum caleg yang memberi uang kepada pemilih dengan harapan agar dapat dipilih, adalah bentuk ketidakmampuan oknum caleg memaksimalkan potensi dirinya.

Bahkan, ia menyebut caleg yang membagi-bagi uang untuk meraup suara, adalah contoh caleg yang krisis keyakinan dan gagasan.

"Kita bisa berkesimpulan oknum caleg yang bagi bagi duit itu karena tidak bisa lagi menjual ide dan gagasannya ke masyarakat, dia sudah kehabisan gagasan. Bagaimana bisa meyakinkan masyarakat jika dirinya saja ia tak yakin. Olehnya mari kita lawan dan berikan pelajaran bagi caleg yang bagi bagi uang untuk tidak dipilih," ajaknya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved