Infrastruktur Buruk, Begini Cerita Warga Rampi Luwu Utara Gotong Mayat Sejauh 36 Km
Akses yang sulit memaksa warga setempat memikul mayat yang akan dikebumikan di Rampi.
Penulis: Chalik Mawardi | Editor: Mahyuddin
Laporan Wartawan TribunLutra.com, Chalik Mawardi
TRIBUNLUTRA.COM, RAMPI - Belum semua masyarakat di Sulsel bisa merasakan nikmatnya kemerdekaan.
Termasuk masyarakat di enam desa terpencil, Kecamatan Rampi, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan.
Hingga kini, 3.546 jiwa yang mendiami kecamatan pengunungan itu belum menikmati infrastruktur yang memadai.
Akses darat dari ibu kota kabupaten ke Rampi sejauh 86 kilometer ditempuh hingga dua hari menggunakan motor modifikasi.
Jalan ke Rampi masih berstatus jalan setapak yang membelah hutan belantara pegunungan Luwu Utara.
Baca: Parah Euy, Guru di SMAN 1 Rampi Luwu Utara Mengajar 3 Bulan Sekali, PNS Lho!
Tidak sampai di situ, listrik PLN dan jaringan internet di Rampi juga belum ada.
Termasuk pelayanan kesehatan yang tidak memadai.
Akses yang sulit memaksa warga setempat memikul mayat yang akan dikebumikan di Rampi.
Kejadian yang menyentuh hati tersebut terjadi pada Sabtu (2/12/2017).
Puluhan warga Desa Onondowa, Kecamatan Rampi, bahu membahu menggotong mayat keluarga sejauh 36 kilometer.
Baca: Cerita Warga Rampi, Penghuni Kecamatan Terpencil di Lutra Lebih Pilih Belanja di Sulteng
Mereka menggotong mayat Mesak Wungko dari wilayah Bada, Kecamatan Lore Selatan, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, menyusuri hutan belantara ke Onondowa.
Mesak menderita gagal ginjal dan menghembuskan nafas terakhir di RSUD Sawerigading, Kota Palopo, Sulsel, Jumat (1/12/2017).