Infrastruktur Buruk, Begini Cerita Warga Rampi Luwu Utara Gotong Mayat Sejauh 36 Km
Akses yang sulit memaksa warga setempat memikul mayat yang akan dikebumikan di Rampi.
Penulis: Chalik Mawardi | Editor: Mahyuddin
Keluarga Mesak, Frans Aris Paelo, terpaksa menggotong mayat karena tidak mampu mencarter pesawat.
"Ceritanya begini, pada hari Jumat lalu mayat Mesak ingin kita bawa ke Onondowa menggunakan pesawat. Tapi tarifnya terlalu mahal Rp 50 juta," ujar Frans kepada TribunLutra.com, Selasa (5/12/2017).
Karena tidak mampu membayar sewa pesawat perintis, mereka sepakat membawa mayat Mesak ke wilayah Bada menggunakan ambulans.
"Akses dari Bada ke Onondowa baru berupa jalan setapak yang hanya bisa dilalui motor modifikasi, makanya kami gotong selama sehari pada hari Sabtu," kata Frans.
Baca: Kok Bisa? 1 Liter Premium di Rampi Luwu Utara Dijual Rp 25 Ribu
Hanya ada dua akses menuju Rampi dari Masamba.
Menumpangi pesawat perintis dari Bandara Andi Djemma atau menggunakan motor modifikasi menyusuri jalan setapak yang cukup ekstrem.
Akses alternatif yaitu melalui Bada, Sulawesi Tengah.
"Kami memilih ke Bada supaya lebih dekat menggotong mayat ke Onondowa, kalau dari Masamba jauh sekali," katanya.(*)