Dosen dan Mahasiswa Farmasi Stikes Mega Rezky Bagi Wawasan Pengobatan Mandiri di Bulukumba
Pelaksanaan kegiatan Swamedikasi tersebut dilangsungkan dengan melibatkan 30 mahasiswa dan lima dosen.
Penulis: Hasrul | Editor: Arif Fuddin Usman
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Program studi (Prodi) DIII dan S1 Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Mega Rezky Makassar melakukan kegiatan penyuluhan dan bakti sosial terkait obat tradisional dan tata cara pengobatan diri sendiri (Swamedikasi).
Pelaksanaan kegiatan Swamedikasi tersebut dilangsungkan dengan melibatkan 30 mahasiswa dan lima dosen. Kegiatan berlangsung selama dua hari di Desa Kindang, Kecamatan Kindang, Kabupaten Bulukumba, Jumat (31/3/2017) hingga Sabtu (1/4/2017) lalu.
Dalam rilis yang dikirim dosen Stikes Mega Rezky Hadrianti Lasari SKM MPH ke tribun-timur.com, Rabu (5/4/2017), disebutkan, melepas posisi sebagai menara gading, perguruan tinggi dituntut untuk mengabdi kepada masyarakat.
Baca: Prodi Analis Kesehatan Stikes Mega Rezky Proses Re-Akreditasi
Baca: Pembina STIKes Mega Rezky Raih Gelar Doktor di PPs UMI
“Tak terlepas dari tri dharma perguruan tinggi yakni pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat, keberadaan sebuah kampus dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar dengan melaksanakan berbagai kegiatan yang bermanfaat,” ujarnya.
Karena itu, kegiatan penyuluhan dan bakti sosial terkait obat tradisional dan tata cara pengobatan diri sendiri (swamedikasi) menjadi momen untuk mengabdi kepada masyarakat. Terutama di Desa Kindang, Kecamatan Kindang, Kabupaten Bulukumba.
Ketua Prodi DIII Farmasi Stikes Mega Rezky, A Suparlan Isya Syamsu SFarm Apt, mengatakan, kegiatan ini bertujuan memberikan informasi tentang pemanfaatan obat tradisional dan harapannya masyarakat mampu melakukan pengobatan sendiri atau swamedikasi.
Baca: Stikes Mega Rezky Siapkan Beasiswa Untuk Kurang Mampu
Baca: STIKes Mega Rezky Makassar Buka Pendaftaran Maba Hingga Agustus
Tak hanya itu, Suparlan menambahkan, kami juga ingin membagi pengetahuan kepada masyarakat mengenai informasi obat terkait aturan pakai, efek samping, kontra indikasi, interaksi obat dan penggunaan obat, agar masyarakat di desa pun melek informasi terkait obat-obatan.
“Kami bersyukur, kedatangan kami di Desa Kindang mendapatkan respon positif dari masyarakat dan mereka terlihat antusias dengan kehadiran kami,” kata alumnus Farmasi Univeritas Muslim Indonesia yang kerap disapa Parlan ini.
Kegiatan tersebut tak hanya fokus pada penyuluhan dan bakti sosial, namun kedua Prodi Farmasi tersebut melakukan analisis kesehatan pada masyarakat di desa tersebut. Hasilnya mereka menemukan masyarakat Desa Kindang memiliki kadar asam urat yang tinggi.
Temuan ini, lebih lanjut akan dibawa ke kampus agar menjadi diskursus dan dapat dikembangkan menjadi penelitian bagi civitas akademika di kedua Prodi tersebut. (*)