Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Refleksi Bola Bundar

Refleksi Bola Bundar: Over Confidence PSM Makassar

PSIM jelas sudah mempelajari duel PSM vs Persija dengan sangat cermat. PSIM "hafal" strategi Bernardo Tavares.

Editor: AS Kambie
Ist
PENULIS OPINI - Foto M Dahlan Abubakar, Penulis Buku “Ramang Macan Bola”, yang dikirim ke Tribun-Timur.com untuk pada 22 September 2025 untuk melengkapi tulisan opininya. M Dahlan Abubakar adalah wartawan senior yang juga aktif menulis buku. 

Saat tendangan pojok, bagaimana pun PSM mendorong Alex Tank, Victor Luis atau Savio Roberta serta Medina ke depan jala lawan, selalu sulit bergerak. Pemain PSM seolah dikunci.        

Kedua, setiap pemain PSM memperoleh bola, yang kebanyakan mencoba masuk melalui kedua sisi, para pemain PSIM selalu menempel ketat.

Bahkan, setiap pemain tuan rumah menguasai bola, pemain lawan selalu menutup ruang, sehingga sulit mengumpan ke temannya.

Bahkan beberapa kali karena sering ditempel ketat, umpan bola pemain tuan rumah justru jatuh ke kaki pemain lawan.

Ketiga, PSIM jika menyerang, kerap menguasai lapangan tengah. Dalam kondisi seperti ini, para pemain PSM menarik diri mempertahankan daerahnya di kotak terlarang. 

Strategi ini sebenarnya ada untungnya, tetapi juga ada ruginya. Untungnya, para pemain lawan tidak dapat memperoleh ruang tembak efektif yang dapat melahirkan gol. 

Sedikitnya 4-5 kali, pemain PSIM melepaskan tembakan terarah ke jala PSM, tetapi Hilman Syah boleh disebut menjadi pahlawan bagi kegagalan PSIM mencuri poin penuh di kandang pasukan “Juku Eja” petang itu. 

Hilman Syah mampu menggagalkan bola yang menurut penilaian logik penonton pasti masuk. Ternyata tidak. Terima kasih Hilman Syah.

Ruginya, pada saat terjadi “scrimage” (perebutan bola di depan gawang), sangat mungkin terjadi bola liar menyusur tanah. 

Hilman Syah pun beberapa kali berhasil menepis bola sontekan pendek pemain PSIM. Ini sangat berbahaya karena ada beberapa bola yang berhasil ditepis Hilman Syah, mental kembali. Beruntung, cepat dikuasai oleh pemain PSM sendiri. Kalau saja bola mental itu berhadapan dengan pemain lawan, tentu  lain kisahnya.

Kekhawatiran yang lain saat “scrimage” adalah ‘hantu’ yang selalu membayangi para pemain yang bertahan. Penalti. Ini sangat rentan terjadi saat perebutan bola di depan gawang. 

Pemain yang bertahan mungkin berprinsip  ‘gerakan tanpa bola’-nya tidak terlihat wasit, tetapi dengan tersedianya alat bantu “video assistant referee” (VAR), pemain lawan bisa melakukan “challenge” (keberatan). Jika VAR setuju dan pertandingan sudah memasuki “injury time”, hasilnya bisa lain. Dan, sakitnya di sini! (*).

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved