Hari-hari Seperti Maraton di GIJC25 Kuala Lumpur:  Lelah Tapi Menyenangkan

Orang-orang di sini gerakannya kompak cepat, semuanya seperti punya misi yang harus dipecahkan segera.

Saya biasanya malas jalan kaki di Makassar, malah terbawa arus. Rasanya malu kalau lambat.

Malam saat acara konferensi selesai, biasanya kami (para peserta) lanjut plesiran kaki lagi. 

Ke Mall Bukit Bintang dikenal megah itu jalan kaki  1,5 kilometer itu.

Sekedar merasakan ramainya negara jiran di pusat kota lama. 

Bergeser sedikit ada Alor Night Food Market.

Icip-icip street food murah agar hemat budget.

Seru karena ternyata budaya jalan kaki di negara berpenduduk 34 juta ini menular. 

Peserta dari Eropa, Jepang, Australia, Italia dan lainnya semua biasa jalan jauh. Tak ada keluhan.

Dengan peserta GIJC25 sebanyak 1.500 dari berbagai negara memadati Kuala Lumpur, kemana-mana hampir selalu ada saja momen ketemu.

Peserta bisa dikenali dari atribut yang hampir tidak pernah dilepas saat aktivitas di luar.

Lucunya, saat ketemu kami langsung bisa saling mengenali dan ketawa bersama. 

Singkat. Lalu masing-masing melanjutkan aktivitas sesuai tujuannya.

Pernah suatu malam saya jalan dan cari makan di Tapak Urban Street Dining. 

Sedang menikmati makanan di lokasi nongkrong anak muda Malaysia, tiba-tiba fokusku pecah bertemu rombongan peserta dari negara lain jejingkratan sambil foto. 

Kami akhirnya ngobrol sejanak , foto bareng, dan lanjut jalan bareng. 

Kocak tapi hangat.

Intinya, konferensi ini bukan cuma soal materi dan networking di dalam hall.

Tapi juga soal merasakan ritme kota yang bikin badan sehat, dompet tetap tebal, dan hati senang karena terus ketemu orang-orang hebat di mana-mana.(*)