Menkeu Purbaya
Populer saat Ekonomi Rakyat Sulit, Analis Curiga Purbaya Dibekingi Buzzer
Menurut Achmad, gaya koboi seperti Purbaya bisa jadi karena memang apa adanya, namun juga bisa didesain tidak apa adanya.
Menurutnya, buzzer-buzzer yang bermain ini kemudian membuat sesuatu yang positif.
Padahal, lanjut Achmad kalau dia melihat, gebrakan Purbaya hampir relatif hanya verbal, tidak ada sesuatu yang berbeda dari yang sebelumnya.
Menurut Achmad, masalah ekonomi itu riil di masyarakat.
"Ketika Pak Purbaya menjanjikan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, apakah sudah ada pertumbuhan tinggi yang meningkat yang signifikan? Dan apakah kemudian masyarakat memiliki daya beli yang tinggi? Apakah juga masyarakat memiliki pekerjaan? Nah, ini semua kan enggak bisa dijawab dengan retorika Pak Purbaya. Ini kan harus riil kelihatan," sambungnya.
Dikatakan Achmad, Purbaya harus membuktikan retorikanya dengan indikator-indikator ekonomi yang objektif.
Misalkan, ketika Rp200 triliun dikucurkan ke perbankan dengan niat suku bunga perbankan akan turun, harus bisa dirasakan masyarakat.
Disinggung tentang masyarakat yang kini menyukai gaya ceplas-ceplos Purbaya, menurut Achmad hal itu wajar, karena sesuatu yang unik akan menjadi pusat perhatian.
Namun, Achmad mengingatkan bahwa menyenangkan rakyat belum tentu dirasakan oleh rakyat.
"Makanya saya kira, kebijakan yang menyentuh itu adalah yang sifatnya riil, ya, dirasakan. Kalau yang sekarang ini kan belum riil sebetulnya, masih menggunakan sinyal-sinyal atau instrumen antara. Memberikan dana kepada perbankan ini kan belum riil. Kemudian mengurangi belanja di daerah dan belanja di kementerian juga tidak riil," katanya.
Achmad justru melihat Purbaya saat ini seperti setengah RI 1.
"Kita gak pernah melihat menteri-menteri yang lain ada yang mendatangi. Tapi banyak juga yang mendatangi Pak Purbaya ini dalam arti, 'Tolong anggarannya jangan dihapus, Pak.' Ya kan BGN juga komentar juga kemudian jadi kontroversi. Sampai dikomentari oleh menteri yang lain. Jadi ini ada satu kegaduhan tanda kutip di antara kabinet kita juga dengan pernyataan-pernyataan Pak Purbaya. Kenapa? Karena mereka khawatir anggarannya diambil, begitu," katanya.
Menurut Achmad hal ini bagus agar kementerian yang lain bergerak dalam penyerapan anggaran.
"Meskipun ini tidak cukup bagus, ya. Diserap bukan berarti berkualitas. Oke. Selalu ada positif dan negatifnya," tukasnya.
Di acara yang sama, Guru besar komunikasi politik Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Prof Karim Suryadi, mengurai analisis serupa.
Prof Karim menyoroti gaya kepemimpinan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang belakangan ini menyita perhatian publik.
| Ribut di Medsos Tapi Tak Pernah Temui Purbaya, Dedi Mulyadi: Tak Semudah Ketemu Pacar |
|
|---|
| HIMPI Dukung Purbaya Larang Keras Bisnis Impor Pakaian Bekas |
|
|---|
| Menkeu Purbaya Klaim Keamanan Siber Administrasi Perpajakan Inti Paling Top, Komdigi Bakal Diajari |
|
|---|
| DPR RI Fraksi PDIP Turun Tangan saat Menkeu Purbaya dan Dedi Mulyadi Terus-terusan Bersiteru |
|
|---|
| Tujuan Sebenarnya Dedi Mulyadi Datangi BPK Jabar Usai Disentil Menkeu Purbaya |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.