2 Mantan Kapolres di Sulsel Masuk Daftar Jenderal Tim Reformasi Polri

TRIBUN-TIMUR.COM- Dua mantan kapolres di Sulawesi Selatan masuk dalam Tim Transformasi Reformasi Polri resmi dibentuk melalui Surat Perintah Kapolri Nomor Sprin/2749/IX/2025 tertanggal 17 September 2025. 

Mereka adalah mantan Kapolrestabes Makassar sekaligus Karorenmin Baintelkam Brigjen Witnu Urip Laksana dan mantan Kapolres Luwu sekaligus Karojakstra Stamarena Brigjen Adex Yudiswan. 

Witnu Urip Laksana lahir pada 19 Oktober 1970.

Ia adalah putra dari mantan Kapolri Banurusman Astrosemitro. 

Sejak lulus Akademi Kepolisian (Akpol) pada 1993, Witnu menekuni bidang intelijen dan terus meniti karier hingga saat ini menjabat sebagai Karorenmin Baintelkam Polri.

Selain Akpol, Witnu juga menempuh pendidikan di PTIK dan Sespim sebagai bekal karier kepolisian.

Baca juga: Reformasi Polri, Rudianto Lallo: Perilaku Aparat Harus Mengacu Asas Keadilan

Jabatan yang pernah ia emban cukup beragam, mulai dari Wakapolres Metro KP3 Tanjung Priok, Kapolres Sukabumi Kota (2011), Kapolres Ciamis (2012), Dirintelkam Polda Kepulauan Bangka Belitung (2017), hingga Kapolrestabes Makassar (2020).

Di tingkat Mabes Polri, ia juga dipercaya menjabat sebagai Kabidyanmas Baintelkam Polri (2021), kemudian naik menjadi Analis Intelijen Kepolisian Utama Tk. II Baintelkam Polri (2024), sebelum akhirnya ditunjuk sebagai Karorenmin Baintelkam Polri di tahun yang sama.

Kedua adalah mantan Kapolres Luwu sekaligus Karojakstra Stamarena Brigjen Adex Yudiswan. 

Berbeda dengan Witnu, sosok Brigjen Pol Adex Yudiswan lebih dikenal publik lewat pengalamannya memimpin pencarian pesawat Aviastar yang jatuh di Kabupaten Luwu pada 2015.

Saat itu, Adex yang masih berpangkat AKBP menjabat Kapolres Luwu sekaligus pimpinan “Tim 30”, tim pertama yang menemukan kepingan pesawat di Gunung Buntu Bajaja, Latimojong.

Adex mengenang betapa berat tugas tersebut.

“Mata saya tak berkedip ketika melihat jenazah gosong menghitam dan serpihan pesawat bergelimpangan. Lutut saya gemetar,” ujarnya.

Meski tanpa sarung tangan dan air bersih, Adex bersama tim tetap memindahkan satu per satu jenazah ke kantong mayat dengan membalur tangan menggunakan tanah.

Mereka bahkan bermalam di lokasi sebelum akhirnya kembali ke posko utama.