Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Banjir Maros

Hujan Deras Sepekan, Ruas Jalan Moncongloe–Makassar Terendam Banjir Setinggi 50 Cm

Salah satu pengguna jalan, Beni, mengaku banjir di kawasan itu sudah menjadi pemandangan rutin setiap musim hujan.

Penulis: Nurul Hidayah | Editor: Alfian
Dokumen Pribadi/Kepala Desa Moncongloe Muhammad Iqbal
BANJIR MAROS - Hujan deras yang mengguyur wilayah Kecamatan Moncongloe, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, selama sepekan terakhir menyebabkan sejumlah ruas jalan dan pemukiman warga terendam banjir, Kamis (13/10/2025). Ketinggian air mencapai 30 hingga 50 sentimeter. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAROS - Hujan deras yang mengguyur wilayah Kecamatan Moncongloe, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, selama sepekan terakhir menyebabkan sejumlah ruas jalan dan pemukiman warga terendam banjir.

Ketinggian air mencapai 30 hingga 50 sentimeter, terutama di kawasan Dusun Pamanjengan, Desa Moncongloe Induk, yang berada di jalur alternatif Poros Moncongloe–Makassar.

Jalur ini merupakan akses penting penghubung antar kabupaten sekaligus rute alternatif menuju Kota Makassar.

Akibat genangan air, aktivitas warga terganggu.

Para pengendara yang melintas di jalur tersebut terpaksa berjalan pelan-pelan agar tidak terjebak genangan.

Salah satu pengguna jalan, Beni, mengaku banjir di kawasan itu sudah menjadi pemandangan rutin setiap musim hujan.

“Kalau lewat sini memang harus hati-hati, airnya tinggi sekali. Hampir tiap tahun banjir di sini, tapi belum ada penanganan yang jelas,” katanya, Kamis (13/11/2025).

Baca juga: BPBD Maros Petakan Wilayah Rawan Bencana, 10 Kecamatan Potensi Banjir

Kepala Desa Moncongloe, Muhammad Iqbal, mengatakan banjir yang terjadi bukan hanya disebabkan curah hujan tinggi, tetapi juga akibat sistem drainase yang tidak berfungsi dengan baik serta tumpukan material sampah di bawah jembatan.

“Kalau di sekitar kantor desa itu genangannya bisa mencapai 30 sampai 50 sentimeter. Di area pemukiman sekitar 30 sentimeter. Penyebabnya bukan hanya hujan, tapi juga drainase yang rusak dan sampah kiriman yang menyumbat di bawah jembatan,” jelasnya.

Ia menyebut pihak desa telah berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Maros untuk segera melakukan perbaikan dan normalisasi saluran air di sekitar wilayah terdampak.

“Kami sudah laporkan ke PUPR agar segera ditangani. Kalau dibiarkan terus, ini bisa menghambat mobilitas warga dan pengguna jalan,” katanya.

Sementara itu, memasuki musim penghujan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Maros mulai meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang.

Kepala BPBD Maros, Towaddeng, mengatakan pihaknya telah menetapkan status siaga bencana dan menyiagakan posko 24 jam sejak sepekan terakhir.

Sebanyak 30 personel diterjunkan setiap hari dengan sistem dua sif untuk memastikan respon cepat jika terjadi bencana.

“Kami sudah masuk masa siaga bencana. Sesuai rilis BMKG, mulai 11 November ini sudah masuk puncak awal musim hujan. Karena itu kami imbau masyarakat untuk tetap waspada, terutama terhadap potensi angin kencang dan pohon tumbang,” jelasnya.

Sebagai langkah mitigasi, BPBD juga melakukan pemangkasan pohon rawan tumbang di sejumlah titik, terutama di sepanjang jalur Poros Makassar–Maros hingga Maros–Bone.

Selain itu, BPBD memetakan wilayah rawan bencana, seperti Camba, Cenrana, dan Mallawa yang rawan longsor, serta Maros Baru, Lau, dan Bontoa yang kerap dilanda banjir tahunan.

“Wilayah pesisir seperti Maros Baru hampir setiap tahun terdampak banjir. Karena itu kami terus melakukan pemantauan rutin dan sosialisasi kepada warga,” tambah Towaddeng.

Dari sisi peralatan, BPBD menyebut telah menyiapkan perlengkapan penanggulangan bencana yang dinilai cukup memadai untuk skala kabupaten.

Saat ini tersedia delapan perahu polyteling dan dua perahu karet yang siap digunakan untuk mengevakuasi warga terdampak banjir.

“Kalau untuk ukuran kabupaten, peralatan kita sudah cukup besar. Tapi pengalaman banjir Februari lalu membuat kami sadar perlunya penambahan armada, terutama untuk menjangkau perumahan di area berarus deras,” ungkapnya.

Sebagai bagian dari sistem peringatan dini, BPBD Maros juga telah mengoperasikan tiga alat pendeteksi bencana yang terkoneksi langsung dengan BMKG.

Alat tersebut memantau potensi banjir di Sungai Maros (Hulu Pakere), angin kencang di wilayah Tanralili, serta aktivitas gempa bumi di kantor BPBD Maros.

“Semua alat ini terhubung langsung ke BMKG. Kalau ada peningkatan curah hujan atau potensi bencana, sinyal peringatan otomatis dikirim ke kami untuk ditindaklanjuti,” tutupnya.(*)

 

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved