Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Flyover Tompoladang Maros Dilarang Jadi Tempat Jualan, 10 Pedagang Ditertibkan

Flyover Tompoladang dilarang jadi tempat jualan. 10 pedagang ditertibkan demi keselamatan dan kelancaran lalu lintas.

Penulis: Nurul Hidayah | Editor: Sukmawati Ibrahim
Camat Mallawa
FLYOVER MALLAWA -  Camat Mallawa Kemal Wahyudi bersama pihak berwenang memasang spanduk larangan berjualan di Flyover Tompoladang, Selasa (7/10/2025). 10 pedagang ditertibkan demi keselamatan dan kelancaran lalu lintas. 

TRIBUNMAROS.COM, MAROS – Sebanyak 10 pedagang dilarang berjualan di sepanjang jalan layang (flyover) Tompoladang, Kecamatan Mallawa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan (Sulsel). 

Larangan ini diterapkan setelah banyak aduan masyarakat terkait gangguan lalu lintas.

 Flyover Tompoladang mulai dioperasikan sejak 19 Maret 2025.

Sejak dibuka, sejumlah pedagang membuka lapak di tepi jalan, menarik warga untuk membeli sambil menikmati pemandangan.

Namun, aktivitas ini dinilai mengganggu arus lalu lintas.

Camat Mallawa, Kemal Wahyudi, menyampaikan larangan tersebut usai menerima banyak aduan.

Menurutnya, flyover di Desa Padaelo tidak layak untuk aktivitas jual beli karena berada di badan jalan yang sempit dan menurun.

“Ini tindak lanjut dari aduan masyarakat. Aktivitas berjualan di sana sangat membahayakan,” kata Kemal saat dikonfirmasi tribun-timur.com, Rabu (8/10/2025).

Pihak kecamatan telah memasang spanduk larangan berjualan sebagai bentuk sosialisasi.

Baca juga: 120 Mahasiswa Maros Terima Beasiswa Rp1 Juta dari Baznas

Langkah ini diambil setelah peninjauan langsung ke lokasi dan menemukan lapak pedagang di tepi jalan utama flyover.

“Kami sudah sosialisasikan secara persuasif. Spanduk sudah dipasang agar pedagang tahu lokasi itu bukan tempat jualan,” ujarnya.

Kemal memberikan waktu tiga hari kepada pedagang untuk mengosongkan area.

Jika masih berjualan setelah batas waktu, pihak kecamatan akan berkoordinasi dengan Satpol PP Maros untuk penertiban.

“Kami beri waktu tiga hari. Kalau masih ada yang berjualan, kami akan tindak bersama Satpol PP,” tegasnya.

Dari pendataan, terdapat 10 pedagang di area flyover.

Sebagian besar warga lokal Desa Padaelo, sisanya dari luar daerah, seperti penjual bakso keliling dan penjual buah.

Kemal berharap langkah ini menciptakan ketertiban dan keselamatan, mengingat flyover Tompoladang merupakan jalur penghubung antarkecamatan.

“Kalau dibiarkan, bukan hanya lalu lintas yang terganggu, tapi juga berisiko menimbulkan kecelakaan,” jelasnya.

Salah satu pengguna jalan, Bakri, mendukung penuh kebijakan tersebut.

Ia menyebut keberadaan lapak di tepi flyover sering menyebabkan kemacetan mendadak.

“Kalau ramai, motor dan mobil harus pelan karena ada pembeli yang berhenti tiba-tiba. Sangat berisiko, apalagi jalan di situ menurun,” ujar Bakri.

Ia berharap penertiban dilakukan secara tegas demi keselamatan pengguna jalan.

“Kalau bisa cepat ditertibkan, demi keselamatan semua,” katanya. (*)

 


 

 

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved