Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tiga Kecamatan di Maros Tetap Tanam Padi Meski Kemarau

Jamaluddin, mengatakan wilayah tersebut masih mampu menjalankan pola tanam tiga kali setahun berkat dukungan irigasi teknis.

Penulis: Nurul Hidayah | Editor: Saldy Irawan
ISTIMEWA
Pertanian Maros - Lahan pertanian warga di Kecamatan Simban, Kabupaten Maros. Tiga kecamatan di Kabupaten Maros tetap menanam padi meski di tengah musim kemarau. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Tiga kecamatan di Kabupaten Maros tetap menanam padi meski memasuki musim kemarau. Ketiganya adalah Kecamatan Bantimurung, Simbang, dan Lau.

Plt Kepala Dinas Pertanian Maros, Jamaluddin, mengatakan wilayah tersebut masih mampu menjalankan pola tanam tiga kali setahun berkat dukungan irigasi teknis.

“Ketiga wilayah ini memiliki jaringan irigasi teknis yang cukup memadai, sehingga tetap bisa menanam di musim kemarau,” ujarnya, Senin (8/9/2025).

Target luas tambah tanam tahun ini sebesar 5.931 hektare.

Namun, hingga saat ini realisasinya baru mencapai 2.958 hektare atau sekitar 43,50 persen.

Luas tanam tersebut tersebar di wilayah-wilayah yang masih memungkinkan untuk melakukan tanam tiga kali setahun.

“Sementara kecamatan lain di Maros rata-rata hanya bisa menanam maksimal dua kali setahun,” ungkapnya.

Jamaluddin menambahkan, kemarau tahun ini belum berdampak signifikan terhadap pertanian di Maros.

“Masih ada warga yang sedang memasuki masa panen, jadi belum begitu membutuhkan tambahan air,” jelasnya.

Meski demikian, Dinas Pertanian telah menyiapkan langkah antisipasi jika terjadi kekeringan.

Sebanyak 36 unit pompa air telah disiapkan untuk membantu petani apabila debit air mulai berkurang.

Untuk kecamatan pesisir seperti Marusu dan Bontoa, petani tidak dapat menanam hingga tiga kali setahun.

Pasalnya, air menjadi asin akibat intrusi air laut saat musim kemarau.

“Kalau masuk musim ketiga, air sudah tidak memungkinkan lagi untuk menanam padi,” jelasnya.

Petani di luar tiga kecamatan tersebut umumnya menyiasati kondisi ini dengan menanam komoditas lain, seperti kacang hijau, jagung, dan semangka.

Rata-rata hasil panen padi di Maros berkisar antara 6–9 ton per hektare.

Hasil panen biasanya langsung diserap oleh Bulog.

Salah satu petani dari Kecamatan Simbang, Usman, mengaku telah memanen padinya pada awal September.

“Padi yang kami panen usianya 105 hari. Sebagian disimpan untuk konsumsi, sebagian lagi dijual dengan harga Rp7.100–7.200 per kilogram dalam kondisi kering sawah. Kami berharap harganya bisa lebih tinggi,” ujarnya.

Tahun ini, Usman kembali mencoba menanam padi tiga kali setahun setelah dua tahun sebelumnya hanya dua kali.

“Karena curah hujan masih ada, dan air dari sumur bor serta pompa masih cukup, saya putuskan tanam tiga kali lagi tahun ini,” tuturnya.

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved