Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Poadcast Tribun Timur

Saat HR Menjadi Strategic Partner: PMSM Ungkap Tren dan Masa Depan Human Capital

PMSM pun mengupas lebih dalam mengenai program hingga perkembangan HR masa kini dalam podcast yang disiarkan di YouTube Tribun Timur

Penulis: Rudi Salam | Editor: Sudirman
Ist
WANSUS - PMSM mengupas lebih dalam mengenai program hingga perkembangan HR masa kini dalam podcast yang disiarkan di YouTube Tribun Timur, Jumat (21/11/2025). Mengusung tema PMSM: Redesigning & Sharing The Future of HR, podcast itu menghadirkan tiga narasumber. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Perhimpunan Manajemen Sumber Daya Manusia (PMSM) Indonesia senantiasa berfokus pada tujuannya, mengembangkan sumber daya manusia.

Hal itu dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya lewat berbagai kegiatan yang menyasar berbagai pihak.

PMSM pun mengupas lebih dalam mengenai program hingga perkembangan HR masa kini dalam podcast yang disiarkan di YouTube Tribun Timur, Jumat (21/11/2025).

Mengusung tema PMSM: Redesigning & Sharing The Future of HR, podcast itu menghadirkan tiga narasumber.

Meliputi Chief People Officer Tiket.com/Ketua Umum PMSM Indonesia Dudi Arisandi, People & Culture Director Kalla/Ketua PMSM DPD Sulsel Disa Novianty, dan Founder Insight Indonesia/Leadership & Executive Coach/Wakil Ketua PMSM DPD Sulsel Fauziah Zulfitri.

Berikut wawancara selengkapnya dipandu host Fiorena Jieretno:

Bagaimana melihat HR hari ini?

Disa:

Sekarang HR lebih sering disebut human capital. Menurut saya, human capital itu sangat dinamis karena kita berbicara tentang people, dan setiap orang itu individualis, tidak ada yang sama.

Sebagai praktisi HR, kita harus selalu belajar hal baru. Setiap generasi berbeda, setiap individu berbeda. Jadi HR harus terus meningkatkan kompetensi, karena kalau tidak akan sulit menghandle karyawan.

Fauziah: 

Dulu saya praktisi HR di Jakarta, lalu kembali ke Makassar, perbedaannya sangat terasa. Dunia kerja berbeda. HR juga berevolusi, dulu personalia, human resources, sekarang human capital.

Ada perubahan generasi, perbedaan treatment, dan HR harus putar otak mencari cara menyesuaikan kebutuhan workforce saat ini.

Belum lagi banyak peraturan baru. Jadi HR adalah pekerjaan yang membutuhkan daya adaptasi tinggi. Makanya PMSM hadir untuk menjadi support bagi teman-teman HR.

Dudi:

Saya mengamini apa yang disampaikan teman-teman. HR terus bertransformasi dan harus tetap relevan.

Tantangannya bukan berkurang, malah bertambah. Dulu hanya fokus administrasi, sekarang HR harus jadi strategic partner bisnis.

Harus duduk bersama CEO, berbicara bahasa bisnis, bukan lagi bahasa agenda HR. Apa pun yang terkait people adalah agenda bisnis. Karena itu HR tidak boleh berhenti memanaskan skill, menghadapi generasi berbeda, dan mengikuti tren teknologi serta employee experience.

Apa sebenarnya tujuan atau visi misi PMSM?

Dudi: Sebenarnya kalau bicara PMSM ya, saya juga bagian dari kepengurusan sebelumnya. Melihat bahwa PMSM ini menjadi rumah buat para praktisi HR.

Nah, ke depan kita betul-betul pengen rumah ini bukan rumah yang kamarnya juga nggak ngobrol satu sama lain, orang di dalam juga nggak ngobrol satu sama lain.

Jadi PMSM harusnya memang menjadi rumah bersama bagi para praktisi HR yang ada di Indonesia, dimanapun gitu ya, supaya para praktisi HR di Indonesia ini bisa berdampak.

Tidak hanya bagi mereka sendiri, tapi ekspektasinya bisa support Indonesia dari sisi HR-nya, atau menciptakan manusia-manusia Indonesia yang luar biasa ke depannya.

Apakah ada program-program yang sedang diusung, sedang dijalankan, atau akan dijalankan?

Dudi: 

Kalau bicara konteks hari ini baru tiga minggu ya, lagi panas-panas, bahkan pengurus belum 100 persen terbentuk.

Tapi kalau saya berkaca kembali ke program yang sudah berjalan, kemudian yang saya lihat dilakukan oleh teman-teman di DPD Sulsel, upaya mau kita ingin memberikan dampak itu luar biasa.

Maksudnya banyak program yang sudah berjalan, termasuk peningkatan skill para praktisi HR, update knowledge, update experience, bahkan gathering.

Ini contoh nih, ngobrol bareng dengan para praktisi-praktisi HR. Dan praktisinya bukan cuma yang di level Sulsel aja, jadi kita juga mengundang praktisi dari nasional.

Bahkan kita punya program rutin di 3 tahun terakhir untuk benchmarking ke luar. Kita belajar ke luar negeri, terakhir itu Jepang, Korea, kemudian terakhir kami ke China.

Kita bertemu dengan para praktisi HR di sana, ngobrol dengan dunia pendidikan di sana, supaya bisa membangun kolaborasi, apa sih yang bisa kita lakukan bareng. Balik lagi, tujuannya supaya SDM Indonesia lebih berdampak.

Kalau dari PMSM sendiri sudah ada di mana saja?

Disa: 

Jadi untuk DPD sendiri, kita ada di Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Sulawesi Selatan. Jadi ada lima dan di Jawa Timur ada dua BPC: Malang dan Pasuruan. Jadi sudah lumayan banyak. Untuk anggota, ada member individu, asosiasi, dan member perusahaan.

Corporate juga ada levelnya, tergantung membership yang mereka ambil. Kalau dikumpulkan, ini juga PR bagi kepengurusan berikutnya ya, karena sepertinya masih sendiri-sendiri.

Jadi sebenarnya kalau dijumlahkan, jangan-jangan sudah ribuan member. Sekarang database? nya masih terpisah Jawa Barat punya berapa, Sulsel punya berapa, Jawa Tengah punya berapa. Belum ada centralized database. Ini jadi salah satu PR dalam tiga minggu ini.

Motivasi dari para narasumber untuk bergabung di PMSM ini apa?

Disa: 

Jadi kalau saya sendiri, mungkin sedikit background saya itu sebenarnya baru kecemplung di dunia HR sekitar 4 sampai 5 tahun yang lalu. 

Dulu saya orang marketing, kemudian pindah ke strategic, kemudian baru masuk ke HR.Tapi akhirnya di situ menemukan passion, bahwa mengurus orang itu sangat challenging tapi dampaknya besar.

Kebetulan juga browsing-browsing, lalu tahu ada organisasi PMSM. Dan dari siapa ya saya tahunya karena ketua sebelumnya kebetulan juga dari Kalla.

Beliau waktu itu mencari pengurus baru, kemudian saya ditawarkan bersama Kak Oci. Jadi dulu kita berdua maju sebagai calon ketua, cuma akhirnya bergabung, sinergi.

Kenapa memutuskan bergabung di PMSM di sela kesibukan yang luar biasa, karena saya melihat goals PMSM ini mulia sekali ingin membantu sumber daya manusia Indonesia.

Sejak nyemplung di dunia HR, saya merasa people itu sangat kritikal. Dia yang menggerakkan organisasi, menggerakkan negara. Kalau manage people-nya tidak benar, pasti impact-nya besar.

Dengan adanya PMSM, ada wadah untuk pengembangan, rumah, seperti kata Pak Dudi. Untuk networking, sharing knowledge, mengembangkan praktisi baru, bahkan mahasiswa yang ingin berkarir di HR.

Atau sekadar memberikan tips untuk siap menjadi generasi siap kerja. Jadi banyak sekali dampak positifnya. Dari situlah kemudian ya sudah, kita mewakafkan waktu. Itu alasan saya berkomitmen maju sebagai pengurus dan berkontribusi aktif di PMSM.

Dudi: 

Saya mengamini yang disampaikan Bu Disa dan Bu Oci. Saya sangat berterima kasih kepada teman-teman yang mau meluangkan waktunya. Tapi ada hal lain. HR itu selalu sibuk ngurusin orang lain, tapi lupa dirinya sendiri.

Sibuk develop orang lain, tapi dirinya tidak sempat berkembang. Sibuk menyuruh orang networking, tapi dirinya tidak terkoneksi.

Jadi semoga organisasi yang berdiri sejak tahun 1978 ini bisa semakin besar, berdampak, dan jadi rumah untuk belajar bersama, upgrade skill, dan saling terhubung.

Kalau HR-nya ter-upgrade, saya yakin praktik HR di tempat masing-masing juga akan lebih baik. Amin.

Untuk PMSM Sulsel, program-program apa saja yang sudah dihadirkan atau akan dilaksanakan?

Fauziah: 

Salah satu program terbesar kita yang berdampak setahun dua tahun adalah Makassar Leadership Summit. Kita kumpulkan praktisi berpengalaman untuk memberikan dampak ke Indonesia Timur, karena kita masih punya banyak PR.

 Ada juga program peningkatan kompetensi webinar, leadership talk. Kalau bapak-bapak ini datang ke Makassar, kita todong kasih materi untuk HR di sini.

Ada juga program riset dan pengembangan. Kita ingin punya data valid tentang kondisi pengembangan MSDM di Indonesia Timur.

Karena salah satu tantangan terbesar kita adalah mencari talent berkualitas, sulit sekali. Semoga program riset ini jalan tahun depan.

Ada juga sertifikasi kompetensi HR, dan program untuk mahasiswa yang tertarik bekerja di HR. Kita juga sering jadi penghubung regulasi pemerintah, menjelaskan peraturan baru ke teman-teman HR. Jadi programnya memang banyak dan berdampak.

Kalau ada Tribuners yang ingin daftar, caranya bagaimana?

Disa: 

Walaupun kepengurusan berpotensi berubah, Instagram PMSM DPD Sulsel tetap aktif.

Bisa hubungi admin di @pmsmdpdsulsel.

Pendaftaran terbuka untuk mahasiswa, publik, maupun corporate, semuanya ada level membershipnya.

Ini juga ada poster event hari Minggu: HR Meet & Talks Moments That Matter: Designing The Employee Journey.

Narasumbernya Pak Dudi Arisandi dan Pak Isdar Marwan, President Director Mercer Indonesia, kebetulan beliau orang Makassar dan lagi di Makassar, jadi kita tangkep.

Acara hari Minggu, (23/11/2025) pukul 09.30 di Park Park.

Biaya registrasi sangat affordable, hanya Rp 50.000. Sekarang sudah hampir 100 peserta. Kalau penuh, mungkin kita buka area lain di Nipah.

Tantangan terbesar di HR di perusahaan anda?

Dudi: 

Tentu challengenya banyak, dan challenge people itu bagian dari agenda bisnis. Bukan lagi program HR, tapi program bisnis. Karena ketika kita develop people, itu untuk mendorong bisnis maju.

Di 7 tahun terakhir saya di Tiket.com, kami melakukan transformasi HR dari awal—literally from scratch. Kalau bicara employee experience, ada 3 pilar, Culture atau Leadership, Technology, dan Workplace. Kami membangun tiga pilar ini secara bersamaan. Dari teknologi yang dulu semua Excel, sekarang sudah adopsi AI.

Kita memperbaiki setiap moment dari employee journey, mulai dari mereka join sampai graduate dari Tiket.com. Semua didesain supaya mereka merasa this is the best place for me.

Fauziah: 

Baik di pengalaman korporasi maupun sekarang sebagai konsultan, terutama pendamping UMKM yang mulai naik kelas, tantangan terbesar itu mindset. Personality beda, karakter beda, tapi bagaimana menyatukan mindset dalam satu organisasi itu tidak mudah.

Banyak owner UMKM bilang Bu, gimana caranya supaya tim saya tidak selalu mengaitkan semua hal dengan uang? Gimana supaya mereka mau bertumbuh?.

Masalah itu muncul berulang kali. Jadi memang membangun mindset itu krusial. Caranya bisa lewat training, coaching, program internal kreatif.

Tidak harus mahal. Kalau kita bisa dapat karyawan yang punya mindset selaras dengan visi organisasi, itu dream banget. Saya juga salut dengan pemimpin-pemimpin UMKM muda sekarang. Mereka fokus banget sama people.

Mereka berani spending untuk hire coach, mentor, memperbaiki leadership mereka dulu, lalu timnya. Bahkan HR-nya pun sering dititipkan untuk di-mentoring. Ini ladang yang sangat baik untuk PMSM. Karena mereka sebentar lagi bisa jadi corporate dengan karyawan ratusan.

Makanya penting mereka ikut PMSM untuk dapat exposure, update, dan best practice dari para profesional seperti Pak Dudi dan Bu Disa.

Disa:

Mungkin sedikit informasi juga, karena Kalla Group ini family business, family company. Alhamdulillah tahun ini, Oktober kemarin, kita baru saja berusia 73 tahun.

Itu usia yang cukup matang untuk ukuran perusahaan nasional yang bisa survive. Sekarang kita sudah masuk ke generasi ke-3. Kalau dari kepemimpinan, sudah berganti empat kali presiden direktur. Jadi memang challenge-nya sangat luar biasa.

Begitu saya masuk sekitar 9 atau 10 tahun lalu, saya masuk di strategic dulu. Di HR-nya sendiri baru lima tahun terakhir.

Nah, begitu masuk, saya merasa, wah ini kayaknya harus banyak yang diubah. Kebetulan background saya sebelum kembali ke Kalla sempat berpindah-pindah di multinational company, baik di Jakarta maupun beberapa tahun kerja di luar negeri, di Jerman dan Belanda. Jadi begitu balik ke sini, agak counter-shock.

Saya merasa ini harus segera dirubah, terutama dari sisi culture-nya. Kita sempat bikin FGD dengan konsultan, dan terlihat bahwa culture Kalla sangat kuat kekeluargaan.

Itu tidak buruk, tapi ketika kita ingin grow atau bersaing dengan kompetitor, itu agak sulit untuk push-nya. Banyak budaya nggak enakan: Terasa, kan?

Akhirnya kita pelan-pelan mulai ubah dengan membuat beberapa program culture, kemudian monitoring performance: ada KPI, monitoring review bulanan, dan seterusnya.

Ketika saya masuk HR, kita bikin program talent management. Kita review performance setiap individu based on kinerja dan kompetensinya. Jadi, kesempatan promosi tidak lagi dilihat dari senioritas.

Kalau dulu siapa yang paling lama bekerja atau paling senior, itu yang naik duluan. Sekarang dengan talent management kita lebih fair, siapapun yang punya potensi dan performance yang bagus bisa naik lebih dulu dibanding seniornya.

Challengenya banyak, apalagi karena banyak transformasi sehingga butuh change management. Tapi alhamdulillah owner, terutama Presiden Direktur kita, Pak Solihin, sangat support dengan semua transformasi.

Program perubahan itu kan butuh komitmen top leader. Begitu top leader bilang oke kita jalankan, maka yang di bawah harus ikut karena impact lnya positif. Baru setelah itu bisa dapat persetujuan dan jalan.

Apakah nanti AI bisa menggantikan para karyawan?

Dudi:

Bahwa akan ada pekerjaan yang bisa digantikan AI, iya. Digantikan teknologi, iya. Dan ini bukan hal baru. Jangan kaget. Dulu waktu zaman pakai mesin tik, itu pada ke mana yang kerjanya pakai mesin tik? Digantikan komputer. Sekarang dari komputer muncul lagi teknologi baru namanya AI.

Tapi saya selalu percaya, apakah peran manusia hilang? Tidak. Teknologi AI itu bicara tentang output, tentang data.

Tapi mereka tidak bisa menghadirkan rasa. Nah, peran manusia dalam hal analytical thinking, empathy ini yang tidak bisa digantikan AI. Saya tidak membayangkan coaching itu pakai AI. Walaupun sekarang sudah ada teknologinya, tapi human touch-nya tidak ada. Pendekatannya berbeda.

Jadi saya pro bahwa ada pekerjaan yang hilang. Menurut World Economic Forum, 90 juta pekerjaan hilang karena dampak teknologi dan AI. Tapi ada 170 juta pekerjaan baru yang muncul.

Fauziah: 

Saya sangat setuju dengan Pak Dudi bahwa tidak ada yang bisa menggantikan rasa, human relation, empati, dan presence. Kehadiran manusia untuk manusia lain itu mahal sekali harganya.

Saya sempat ikut satu conference coaching yang bikin saya yakin. Awalnya saya worry juga: Kita bakal tergantikan AI nggak ya. Tapi ada satu hal yang harganya sangat mahal, kehadiran manusia.

Mau diganti robot atau AI yang sangat cerdas pun tidak bisa. Kita hanya akan tergantikan oleh orang yang menggunakan AI. Kalau ada orang HR tidak menggunakan AI, dia bisa tergantikan oleh orang HR yang menggunakan AI.

Saya juga ingat cerita teman saya, anaknya sekolah di London dan kemudian bekerja di sana sebagai Prompt Engineer di departemen HR.

Artinya, ada jabatan yang dulunya nggak ada, dan sekarang muncul karena teknologi. Jadi benar, satu pekerjaan hilang, tapi 100 pekerjaan baru tumbuh. Tidak perlu takut, tapi harus bersiap.

Disa:

Sangat oke. AI kalau digunakan secara efektif sangat membantu pekerjaan kita. Banyak administrasi yang kalau dikerjakan manual itu memakan waktu. Dengan AI, semuanya bisa dipercepat, summary, analisis, dan lainnya.

Kita harus belajar menggunakan AI secara efektif. Kalau tidak, kembali lagi, pekerjaan kita bisa tergantikan oleh mereka yang memanfaatkannya.

AI memang punya kelemahan pada aspek rasa dan empati, tapi sebagai tools sangat membantu.

Apa tantangan HR sekarang dan apa saja yang bisa didapatkan teman-teman Tribuners ketika mengikuti event di hari Minggu nanti?

Disa:

Tantangannya mungkin lebih kepada perspektif dari daerah Sulawesi Selatan sendiri, ya. Seperti yang tadi sudah beberapa kali disebutkan oleh Pak Bududi maupun Bu Oci, memang ada sedikit perbedaan knowledge yang didapat tim HR di daerah dengan yang di pusat.

Salah satunya karena skala perusahaannya. Ada yang UMKM, ada perusahaan lokal dengan size yang tidak sebesar perusahaan nasional di Jakarta.

Biasanya besar-kecilnya scope HR itu dipengaruhi oleh besar organisasi dan juga concern atau komitmen dari leader dan pemilik bisnisnya.

Di Sulsel, kami melihat tren yang membaik. Banyak pelaku bisnis, baik UMKM maupun korporasi yang sudah menunjukkan concern dan komitmen untuk meningkatkan SDM.

Namun masih banyak area yang harus dikembangkan. Kami melihat masih ada disparitas antara kita di daerah dan yang di pusat. Karena itu melalui PMSM, kami mencoba men-

sharing knowledge yang selama ini banyak berputar di Jakarta Raya agar bisa dibawa ke Sulsel dan diaplikasikan di organisasi masing-masing.

Jadi intinya bukan Jawa-sentris lagi. Apa yang sudah didapatkan oleh teman-teman atau para narasumber akan dibagikan juga pada hari Minggu nanti. PMSM ini anggotanya luar biasa HR Directors dari banyak perusahaan besar. Jadi untuk mendapatkan link ke knowledge tersebut sangat mudah.

Fauziah: 

Menurut saya ada dua highlight, leadership dan kompetensi. Kita membutuhkan leader-leader HR yang bisa menjadi penggerak, dan kompetensi HR yang mumpuni supaya Makassar punya daya saing.

Mimpi saya dan Budi adalah ketika teman-teman HR dari Makassar datang ke Jakarta bertemu praktisi HR lain, mereka bisa bangga bilang we have the same program. Di Makassar juga sudah kami implementasi.

Walaupun skalanya masih middle, mereka sudah bisa meniru program benefit perusahaan besar seperti Tiket.com, meski tampak jauh, tapi setidaknya ada cikal bakal dan keberanian untuk mencoba.

Saya juga selalu mendorong teman-teman HR di sini ikut conference di Jakarta agar tetap update dan pulang membawa sesuatu. Leadership penting karena yang menggerakkan perubahan adalah leader-nya.

Dan saya sering menitipkan kepada para HR leader agar mengkomunikasikan hal ini ke pemilik bisnis agar mereka punya concern yang sama. Jangan sampai HR bekerja sendirian. Saya juga suka mengajak teman-teman UMKM atau yang skalanya middle untuk ikut acara seperti ini agar sedikit lebih terbuka wawasannya.

Dudi: 

Temui saya hari Minggu. Tunggu saya, tunggu saya. Hari Minggu saya akan ada di acara meet and talk, dan kita bisa berinteraksi lebih banyak di sana, termasuk kalau ada yang ingin ditanyakan mengenai PMSM Chapter Sulsel. 

 

 

 

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved