Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Air Banjir Bisa Bawa Penyakit Mematikan, Dinkes Makassar Ingatkan Warga

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) dr Andi Mariani menyampaikan, risiko penularan penyakit ini meningkat di musim hujan.

Penulis: Siti Aminah | Editor: Alfian
Tribun-Timur.com
BANJIR MAKASSAR - Kondisi banjir Makassar tepatnya di Jl AP Pettarani, Senin (13/2/2023) siang. Dinkes Makassar ingatkan air banjir bawa penyakit. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Penyakit leptospirosis patut diwaspadai di musim hujan. 

Penyakit ini merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Leptospira.

Penularannya melalui urine atau air kencing hewan yang terinfeksi, terutama tikus. 

Bakteri ini dapat mencemari air, tanah, atau makanan, lalu masuk ke tubuh manusia melalui kulit yang terluka atau melalui mata, hidung, mulut. 

Penularan bakteri ini biasanya melalui air banjir, genangan atau sungai yang tercemar urin hewan. 

Untuk itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Makassar mewanti-wanti penularan penyakit ini di musim penghujan. 

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) dr Andi Mariani menyampaikan, risiko penularan penyakit ini meningkat di musim hujan. 

Baca juga: Pemkot Makassar Bakal Pasang Alat Deteksi Banjir, Alarm Bunyi Pertanda Waspada

Bahkan, sejumlah wilayah rawan banjir di Makassar, penyakit ini telah muncul dalam tiga tahun terakhir. Salah satunya di Paccerakkang Kecamatan Biringkanaya.

Andi Mariani menilai, kewaspadaan publik terhadap penyakit ini masih sangat rendah. 

Banjir dan genangan dianggap hal biasa, bahkan jadi arena bermain anak-anak. 

"Ada penyakit yang suka orang lupa, penyakit Leptospirosis. Itu biasanya karena kencing tikus yang terkontaminasi dengan bakteri Leptospira. Kadang-kadang orang pikir genangan air enggak masalah, tapi kalau ada luka di kaki maka itu akan langsung masuk ke manusia,” ucap Andi Madiani Selasa (4/11/2025).

Gejala penyakit ini menyerupai penyakit umum lainnya di musim penghujan, yakni demam. 

Gejala yang paling mudah dikenali kata dr Nani-sapaannya, ialah warna urin menyerupai air teh. 

"Yang paling utama itu gejalanya, kencingnya warna kayak teh. Jadi orang kira sakit Hepatitis begitu kan, padahal sebetulnya itu sudah gejala bahwa ada masalah di ginjal,” jelasnya.

Risiko leptospirosis bisa lebih parah karena merusak ginjal. 

Tngkat kematian pada kasus konfirmasi juga dinilai sangat tinggi.

Apalagi jika penanganan lambat dilakukan. 

"Kalau sudah terkonfirmasi, itu fatality rate-nya hampir 3/4. Jadi 3 dari 4 itu sekitar 75 persen. Kalau confirm itu sangat sedikit yang bisa selamat,” paparnya.

DBD Meningkat

Selain leptospirosis, Demam Berdarah (DBD) juga patut diwaspadai saat musim hujan. 

Kepala Dinas Kesehatan Makassar, Nursaidah Sirajuddin menyampaikan, kasus DBD biasanya meningkat pada periode Oktober-Desembaf. 

Untuk itu, masyarakat diharapkan menerapkan gerakan 3M Plus untuk mencegah DBD. 

3 M yang dimaksud ialah menguras tempat penampungan air minimal seminggu sekali, menutup rapat tempat penampungan air, serta mengubur atau mendaur ulang barang bekas yang bisa menampung air. 

Sementara Plus ialah memelihara ikan pemakan jentik, nenggunakan lotion anti-nyamuk, memasang kelambu saat tidur, menggunakan obat anti nyamuk, menanam tanaman pengusir nyamuk, memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi. 

Nursaidah menegaskan, fogging adalah langkah akhir, bukan metode pencegahan utama.

"Fogging bukan pencegahan. Jangan sampai nyamuknya berkembang biak. Kita harus berantas sarangnya. Kita 3M Plus,” jelasnya.

"Fogging untuk membunuh nyamuk dewasa Jentiknya tidak mati. Fogging itu bukan jalan keluar,” lanjutnya.(*)

 

 
 

 

 

 

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved