Irjen Djuhandhani Rahardjo Mulai Berkantor di Polda Sulsel, Deretan Kasus Menanti
Irjen Djuhandhani Rahardjo Puro mulai berkantor di Mapolda Sulsel, kasus penembakan misterius menanti
Penulis: Muslimin Emba | Editor: Ari Maryadi
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR -- Irjen Djuhandhani Rahardjo Puro mulai berkantor di Polda Sulsel Senin (3/11/2025) hari ini.
Ia masuk Polda Sulsel didampingi mantan kapolda Irjen Rusdi Hartono.
Irjen Djuhandhani Rahardjo Puro datang bersama istrinya, Upi Djuhandhani.
Kedatangannya disambut Wakapolda Sulsel sekaligus teman seangkatannya di Akpol 1991 Brigjen Nasri Sulaeman.
Dalam tradisi penyambutan tersebut, Irjen Pol. Djuhandhani Rahardjo Puro menerima upacara kehormatan yang diawali dengan tradisi angngaru.
Angngaru berupa sumpah setia khas budaya Bugis-Makassar serta jajar kehormatan dan juga tarian tradisional Padduppa sebagai wujud kehormatan dan ucapan selamat datang bagi pejabat baru.
Irjen Pol. Djuhandhani Rahardjo Puro bersama Ny. Upi Djuhandhani menyapa satu per satu jajaran personel Polda Sulsel yang berbaris menyambut kedatangannya.
Momen tersebut berlangsung hangat dan penuh kekeluargaan, mencerminkan semangat soliditas di lingkungan Polda Sulsel.
Rangkaian kegiatan kemudian dilanjutkan dengan Laporan Kesatuan dan penyerahan Pataka Polda Sulsel, sebagai simbol tanggung jawab dan amanah kepemimpinan dari pejabat lama kepada pejabat baru.
Selanjutnya, juga digelar Rapat Paripurna Bhayangkari serta serah terima Ibu Asuh Polwan dari Ny. Irena Rusdi Hartono kepada Ny. Upi Djuhandhani, yang menandai dimulainya tugas dan peran baru dalam mendampingi Kapolda Sulsel.
Sebagai penutup, dilaksanakan farewell parade sebagai bentuk penghormatan kepada Irjen Pol. Drs. Rusdi Hartono, M.Si., yang di lepas langsung oleh Kapolda Sulsel Irjen Pol. Djuhandhani Rahardjo Puro, S.H., M.H.
Dalam keterangannya, Kabid Humas Polda Sulsel, Kombes Pol. Didik Supranoto, S.I.K., M.H., menyampaikan kegiatan penyambutan dan pelepasan ini merupakan tradisi yang dilaksanakan setiap kali terjadi pergantian pimpinan di lingkungan Polda Sulsel.
“Pada hari ini, Polda Sulsel melaksanakan tradisi penyambutan Kapolda baru dan pelepasan pejabat lama sebagai bentuk penghormatan dan apresiasi atas pengabdian selama memimpin jajaran Polda Sulsel,” ujar Kombes Pol. Didik.
Tradisi ini tidak hanya menjadi bentuk penghormatan bagi pejabat baru dan lama, tetapi juga menjadi momentum mempererat silaturahmi serta meneguhkan semangat seluruh jajaran Polda Sulsel dalam melanjutkan pengabdian Polri untuk masyarakat Sulawesi Selatan.
PR Kasus Penembakan Bone
Irjen Djuhandhani Rahardjo Puro jenderal bintang dua berlatar reserse.
Salah satu pekerjaan rumah yang belum dituntaskan Irjen Pol Rusdi Hartono, adalah kasus penembakan Pengacara di Kabupaten Bone, Rudi S Gani.
Rusdi tewas ditembak saat acara malam pergantian tahun (2024-2025) di kantor pengacara yang ia bangun di samping rumah mertuanya.
Tepatnya, di Dusun Limpoe, Desa Pattuku Limpoe, Lappariaja, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.
Sepuluh bulan berlalu, kasus menggemparkan di awal 2025 itu, tak kunjung diungkap polisi.
Baik dari eksekutor, ataupun kemungkinan adanya dalang di balik pembunuhan itu.
Padahal, 42 saksi telah diperiksa oleh penyidik Polres Bone dibantu Tim Polda Sulsel.
Selain itu, 12 pucuk senapan angin yang diduga digunakan penembak misterius itu, juga telah disita.
Begitu juga dengan posisi pelaku membidik korban saat memegang piring berisi makanan dan ikan bakar, telah digaris polisi.
Tidak hanya itu, sosok yang dicurigai pun telah dibeberkan istri almarhum, Hj Maryam (45) ke penyidik Polres Bone di Mapolda Sulsel.
Irjen Pol Djuhandhani Rahardjo, tercatat sebagai Kapolda Sulsel ke tiga yang menangani kasus itu.
Pasalnya, saat kejadian, Polda Sulsel di bawah komando Kapolda Irjen Pol Yudhiawan.
Setelah itu, Irjen Pol Yudhiawan diganti Kapolda Sulsel Irjen Pol Rusdi Hartono.
Tadjuddin Desak Polisi Tangkap Pelaku
Ketu Tim Pencari Fakta (TPF) Peradi Makassar, Tadjuddin Rachman yang dikonfirmasi, juga mengaku belum mendapat update terbaru dari polisi.
"Saya sudah tidak tahu, justru ini kita tidak enaknya karena tidak ada juga update polisi kepada kita selaku pendampingnya ini, tidak ada informasi jadi tidak enak juga kita," kata Tadjuddin Rachman.
Padahal, kata Tadjuddin, pihaknya mengaku, sudah sangat terbuka ke polisi terkait informasi yang diperlukan.
"Kita ini sudah sangat tinggi toleransi, tapi tidak ada update sampai ke kita, harusnya kan transparan kepada masyarakat, ini tidak ada," ujarnya.
Tadjuddin menyayangkan sikap Polda Sulsel yang terkesan, tidak lagi membangun kordinasi dengan tim pendamping hukum Rudi S Gani, atas kasus itu.
"Kita tidak mengerti apa yang terjadi. Makin hari makin gelap, mestinya makin hari makin terang ini barang. Ini makin gelap, bahkan sepertinya tenggelam. Tidak ada (update)," katanya.
Jika dalam sepekan ini pelaku tidak kunjung tertangkap, Tadjuddin berencana akan menyurat ke Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Bahkan, Tadjuddin dan tim TPF Peradi Makassar juga bakal menyurat ke Presiden Prabowo Subianto dan juga Komisi III DPR RI untuk Rapat Dengar Pendapat (RDP) terkait penembakan misterius itu.
"Jadi rencananya kita ini, kalau minggu depan tidak ada (perkembangan), kita ini menyurat ke Komisi III dan Kapolri," jelas Tadjuddin.
"Jadi tim pengacara Peradi akan menyurat kepada Kapolri, kapolda, Kapolres dan Komisi III, sama presiden. Mendesak agar segera mengungkap dan ditangkap itu pelakunya," sambungnya.
Patahan Daun Lengkuas Jadi Bukti Polisi Pengacara Rudi S Gani Ditembak di Tempat Tinggi
Posisi Penembak Diketahui dari Patahan Daun Lengkuas
Fakta baru terungkap dalam misteri penembakan pengacara Rudi S Gani, di Dusun Limpoe, Desa Pattukku Limpoe, Kecamatan Lappariaja, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.
Tim Tribun-Timur, menyaksikan langsung lokasi penembakan jelang malam pergantian tahun itu.
Untuk menuju lokasi, tim tribun menempuh perjalanan darat sejauh 100 kilometer menuju Kabupaten Bone, Kamis (9/1/2025).
Tepatnya di Kecamatan Lappariaja, yang jaraknya dari Kota Watampone, masih berkisar 75 kilometer.
Di Tugu Pertigaan alun-alun pusat perkantoran Kecamatan Lappariaja, perjalanan dilanjutkan ke arah poros Bone-Soppeng.
Sekitar 1 kilometer, perjalanan dilanjutkan sejauh 9 kilometer menyusuri jalan desa menuju Dusun Limpoe, Desa Pattukku Limpoe.
Meski jaraknya terbilang tidak terlalu jauh, akses jalan rusak membuat waktu tempuh memerlukan 30-45 menit.
Tiba di lokasi, kedua mertua Almarhum Rudi S Gani, Syamsu Alam (75) dan Suhati.
Suhati menjaga warung kelontong di bawah kolong rumahnya, sementara sang suami baru saja tiba dari sawah.
Jelang matahari terbenam, Tim Tribun melihat langsung lokasi penembakan itu terjadi.
Tampak garis polisi masih terpasang tepat di bangunan yang bakal dijadikan kantor hukum oleh Rudi.
Bangunan itu berhimpitan langsung dengan rumah Syamsu Alam, tepat di samping kiri.
Di dalam bangunan seluas 4x6 meter yang pengerjaan hampir rampung itu, Rudi merenggang nyawa.
Ia ditembak menggunakan peluru kaliber 8 mellimeter, saat makan malam bersama keluarganya pada pukul 21.30 Wita.
Peluru yang disebut dimuntahkan dari laras senapan angin itu, menembus pipih tepat di sisi kanan hidung Rudi.
Proyektil peluru yang ditemukan Tim Forensik Biddokkes Polda Sulsel bersarang di tulang lehernya.
Temuan posisi peluru di tulang leher itu, menguatkan dugaan pelaku membidik Rudi, di tempat yang lebih tinggi.
Pasalnya, selain lokasi kejadian (bangunan kantor Rudi), polisi juga memasang police line (garis polisi) di pekarangan samping rumah warga.
Posisi rumah warga itu berada di atas gundukan tanah setinggi 1-2 meter dari jalanan dusun tepat di depan kantor yang dibangun Rudi.
Jaraknya pun hanya sekitar 15-20 meter dari posisi bangunan kantor tempat Rudi tertembak.
Di pekarangan samping rumah panggung tersebut, terdapat tumbuhan lengkuas, serre, kelor, pohon kelapa dan juga kandang ayam.
Polisi juga disebut menemukan ranting lengkuas yang patah, saat melakukan olah TKP seusai kejadian.
"Diduga disitu posisi itu yang menembak, karena ada rantingnya itu lengkuas patah infonya waktu dicek sama polisi," ucap salah satu warga di lokasi.
Selain itu, di dalam garis polisi juga terdapat tumpukan kayu bakar yang disusun rapih.
Saat bidikan lensa kamera 70-200 mm tribun, disejajarkan dari sudut lokasi yang digaris polisi dengan posisi duduk Rudi di dekat pintu belakang kantor, terlihat cukup presisi.
Terlebih, empat jendela bangunan kantor yang sudah hampir rampung tersebut belum dipasangi kaca dan pintu depan.
Dugaan posisi penembak berada tidak jauh dari lokasi kejadian, juga dikuatkan dengan pernyataan Kapolda Sulsel Irjen Pol Yudhiawan.
"Yang jelas berdasarkan hasil Labfor, korban ditembak dari jarak sekitar 15 meter," ucap Yudhiawan kepada tribun saat di Mapolres Enrekang, Selasa (7/1/2024).
Mertua Rudi, Syamsul Alam (75) yang ditemui di rumahnya, pun menceritakan detik-detik peristiwa memilukan itu dialami menantunya.
"Jadi iyyero wettue kejadian mattunu-tunu bale'ki yelona bolae, pas matunu ni bale e diobbini tama lalengna kantor ee manre. Manengka makkedaka tembakan pa'na bedai oninna sibawa petasan e, kalau tembakan macinnong oninna petasan e malemma," ucap Syamsu Alam dalam bahasa Bugis.
"(Malam harinya bakar-bakar ikan, pas ikannya masak, kami dipanggil masuk ke dalam rumah untuk menikmati makanan, dan pada saat kami makan bersama tiba-tiba terdengar bunyi tembakan satu kali, dan saya yakin itu bukan suara ledakan petasan karena suaranya beda. Suaranya ini tembakan nyaring tidak kayak petasan yang lemah bunyinya).
Di saat bersamaan lanjut Syamsu Alam, Rudi pun tergeletak di lantai dengan kondisi bersimbah darah pada bagian wajahnya.
"Nappa nobbina Hj Maryam nasuruhka parissangang i lakkainna, pas uparissai wakkatenning i yero maloe yawana matanna marilaleng langsungka makkeda au ditembak i tuh Rudi (Dan saya dipanggil sama Hj Maryam untuk memeriksa kondisi dari Rudi, dan pas saya periksa saya pegang lukanya yang di bawah mata dan saya langsung bilang bahwa ini ditembak)," ujarnya.
Saat kepanikan itu, semua keluarga dalam ruangan kantor itu mengira Rudi mengalami sakit jantung hingga pecah pembuluh darah.
Namun, kata Syamsu, dirinya sendiri yang berkeyakinan bahwa sang menantu telah ditembak.
"Ia mi bawang cilaleku kereo ruangan e makkeda au mate ditembak i Rudi, ye laing e makkeda maneng i peccah i oembulhh darahna (Saya satu-satunya orang dalam ruangan yang bilang kalau rudi ini meninggal karena ditembak karena keluarganya yang lain menganggap Rudi itu pecah pembuluh darah)," bebernya.
Setelah itu, lanjut Syamsu, dirinya pun memerintahkan tukang menyiapkan mobil dan Rudi pun dibawa ke Puskesmas Lappariaja, sekira 9 kilometer dari lokasi kejadian.
"Pas lettui kero Puskesmas makkedai dokter e au mate ni gara-gara ditembak (Sampai puskesmas perawat dan dokter disana bilang kalau Rudi sudah meninggal karena ditembak)," ungkapnya.
Setelah Rudi diketahui meninggal dunia akibat ditembak, kata Syamsu dirinya langsung diajak polisi ke lokasi kejadian.
Sementara itu, mertua perempuan Rudi, Suhati mengaku sangat terpukul atas peristiwa yang dialami suami dari putrinya, Hj Maryam.
Ia mengenal sosok Rudi sebagai menantu yang baik dan bertanggung jawab.
"Baik orangnya nak, itu kalau datang ramahji sama orang-orang disini. Biasa kalau ada orang lewat dia panggil singgah," sebutnya.
Saat kejadian, Suhati sendiri berada di bawah kolong rumahnya sembari bermain dengan cucunya.
Ia mengaku baru mengetahui Rudi meninggal dunia ditembak, setelah kepanikan terjadi dalam ruang kantor yang dibangun menantunya itu.
Saksi yang diperiksa terus bertambah
Jumlah saksi yang diperiksa terkait penembakan pengacara Rudi S Gani di rumahnya, Desa Pattuku Limpoe, Kecamatan Lappariaja Kabupaten Bone, terus bertambah.
Sejauh ini, sudah ada puluhan saksi yang dimintai keterangan oleh penyidik terkait peristiwa pembunuhan di malam pergantian tahun tersebut.
Hal tersebut diungkapkan Kasat Reskrim Polres Bone, AKP Yusriadi Yusuf saat dikonfirmasi tribun-timur.com di Polsek Lappariaja, Jumat (10/1/2025) mengatakan, sejauh ini pihaknya sudah memeriksa sebanyak 42 saksi.
"Saat ini penyidik dari Polda dan Polres Bone telah melakukan pendalaman informasi dari saksi-saksi, yang telah diperiksa ada 42 orang," ujarnya.
Ia berharap dengan keterangan saksi tersebut, pihaknya bisa memperoleh titik terang dari peristiwa penembakan yang menewaskan Rudi S Gani.
"Kami berharap dengan diperiksanya saksi ini, kami bisa menemukan titik terang dari pelaku penembakan," jelasnya.
Selain itu pihaknya juga telah meminta saksi kunci dari kasus penembakan tersebut.
"Kalau saksi kunci sudah juga kami periksa, termasuk istrinya dan ke 12 orang yang ada di TKP sudah kami periksa. Semoga segera ditangkap pelakunya," harapnya.
Selain jumlah saksi yang bertambah, jumlah senapan angin yang disita polisi juga bertambah dari 11 menjadi 12 pucuk.
| Inilah PR Irjen Pol Djuhandhani, Irjen Yudhiawan dan Rusdi Hartono Tak Mampu Selesaikan |
|
|---|
| Irjen Djuhandhani Didesak Tuntaskan Kasus Penembakan Pengacara di Bone, Warisan 2 Kapolda |
|
|---|
| Ingat Kapolda Sulsel Pembongkar Uang Palsu UIN Alauddin Makassar? Kini Jadi Anak Buah Bahlil |
|
|---|
| Irjen Pol Djuhandhani Tiga Tahun Pangkat Bintang 1, Tembus Bintang 2 Jadi Kapolda Sulsel |
|
|---|
| Sepanjang 2025 Sulsel Punya 3 Kapolda Berbeda dari Akpol 1991 |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.