Semoga Tak ada Lagi Abay-Abay Berikutnya
Kakak almarhum Abay, Muh Zulkarnain Basri menceritakan betapa mencekamnya kondisi saat itu.
Penulis: Muslimin Emba | Editor: Ansar
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Kepergian Staf Humas dan Protokol DPRD Kota Makassar, Muh Akbar Basri (26) meninggalkan duka mendalam bagi keluarga.
Abay, sapaan akrabnya, meninggal dunia dalam tragedi amukan massa yang membuat DPRD Kota Makassar terbakar, Jumat (29/8/2025) malam.
Kantor wakil rakyat tingkat dua di Jl AP Pettarani, Kecamatan Rappocini, Kota Makassar itu, pun hanya menyisakan puing.
68 mobil dan belasan motor terparkir di sekeliling pekarangannya, juga turut terbakar.
Selain menimbulkan kerusakan besar, peristiwa mencekam itu juga merenggut tiga nyawa.
Yaitu satu Fraksi PDIP DPRD Kota Makassar, Sarinawati (25), Kasi Kesra Kecamatan Ujung Tanah, Saiful Akbar (46) dan Abay.
Kakak almarhum Abay, Muh Zulkarnain Basri menceritakan betapa mencekamnya kondisi saat itu.
Saat itu kerusuhan terjadi, Zulkarnain mengaku masih berada di rumah.
Sang ibu Rahmatiah, yang khawatir dengan kondisi Abay, pun meminta agar Zulkarnain mencari sang adik.
"Ibu bilang tolong cari adikmu," ucap Zulkarnain seusai prosesi pemakaman di Pekuburan Dangko, Makassar, Sabtu (29/8/2025).
"Maka saya berangkat sama kakak saya pergi di lokasi mencari," lanjutnya.
Makam Abay tepat di samping pusara mendiang ayahnya, Basri Syarif.
Lokasi pemakaman itu, tidak jauh dari rumah duka di Jl Balang Baru 2, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar.
Setiba di lokasi kejadian, kata Zulkarnain, dirinya mendapat kabar Abay dikabarkan loncat dari lantai tiga.
Kabar yang belakangan tidak benar itu, sempat membuat Zulkarnain dan keluarganya panik.
"Kami dari pihak keluarga begitu panik sejadi-jadinya," ucapnya dengan suara terisak.
Kondisi lokasi yang disesaki massa, membuat kabar yang beredar simpang siur.
Zulkarnain mengaku, mendapat informasi bahwa sang adik sudah dilarikan ke RS Grestelina.
Rumah sakit itu, berjarak lebih kurang dua kilometer dari Gedung DPRD Kota Makassar.
"Kami berdua mengunjungi rumah sakit tersebut dan tidak ada almarhum di sana," ungkap.
Setelah tidak mendapat Abay di RS Grestelina, Zulkarnain kembali mendapat info dari telepon bahwa Abay dipindahkan ke RS Primaya.
Ia dan kakaknya, lalu mengunjungi rumah sakit itu, namun Abay juga tidak ditemukan.
"Memang ada korban cuma bukan almarhum," sebutnya.
Di tengah kepanikan itu, ia dan sang kakak mengaku sempat berdebat.
Pikiran dan perasaan keduanya berkecamuk mencari keberadaan sang adik bungsu, Abay.
Insting Zulkarnain mengatakan, Abay masih berada di gedung DPRD Kota Makassar yang terkepung massa.
Zul dan kakaknya lalu memutuskan kembali ke lokasi kejadian.
Di sana, Zul mendapatkan informasi akurat, bahwa Abay masih berada di dalam gedung yang sudah diselimuti kobaran api.
"Alhasil kami menunggu upaya dari teman teman Damkar membuahkan hasil bahwa adek kami sudah lama terkapar dan baru bisa dievakuasi," sebutnya.
Upaya evakuasi berlangsung dramatis. Pasalnya, lokasi yang disesaki massa membuat personel Rescue Damkarmat Makassar, ekstra hati-hati.
Terlebih, beberapa dari massa menunjukkan aksi bringas dengan lemparan bom molotov.
"Adek saya yang sudah tidak bernyawa sudah diturunkan, dievakuasi tapi yang didapat dibuangi bom molotov," bebernya.
Aksi pelemparan bom molotov itu, membuat proses evakuasi pertama tertunda.
Pada proses evakuasi kedua, petugas Rescue Damkarmat Makassar kembali mendapat kendala.
"Kedua kalinya massa menggunakan petasan 8 kali meletus, itu melebar semua hingga tidak jadi lagi di evakuasi," bebernya.
Barulah pada upaya ketiga, Abay yang sudah tak sadarkan diri berhasil dievakuasi dari lantai tiga tempat ia terjebak.
"Terimakasih teman teman Damkar, mereka begitu gigih hingga ngotot menurunkan Jenazah hingga jenazah berhasil diamankan," terang Zulkarnain.
Setelah berhasil dievakuasi ke luar dari dalam gedung terbakar, Abay lalu dimasukkan ke dalam ambulans.
Ambulans itu, membawa Abay ke RS Bhayangkara, Makassar.
"Saya beserta kedua kakak saya menemani yang terakhir kalinya di ambulans," tuturnya.
Zulkarnain pun berharap, semoga tak adalagi Abay-Abay berikutnya.
Harapan yang sama diungkapkan Bupati Barru Andi Ina Kartika Sari yang melayat ke rumah duka.
"Abay itu orang baik, saya pernah sama-sama temani bapak (suami) ke luar daerah. Beliau kan humasnya DPR, di situ saya kenal dengan beliau," kata Andi Ina.
Ia mengaku, mengenal sosok Abay sebagai pribadi yang baik dan ramah.
Mantan Ketua DPRD Sulsel ini pun berharap, semua pihak menahan diri.
Andi Ina tak ingin apa yang dialami Abay, terjadi lagi pada korban-korban berikutnya.
"Semoga ini yang terakhir," ucapnya.
Kini, pria kelahiran 7 April 1999 itu telah meninggalkan ibu dan enam kakaknya untuk selama-lamanya.
Ia gugur dalam tragedi kerusuhan, setelah delapan tahun terakhir menjadi fotografer ataupun staf Humas DPRD Kota Makassar.
Kasubdit Dokpol Biddokkes Polda Sulsel, AKBP Elvis J, mengatakan, Abay meninggal dunia akibat luka bakar hampir di sekujur tubuhnya.
"Luka bakar derajat tiga, dengan luas luka bakar 90-99 persen. Seluruh tubuh dengan sebagian kulit ari terbakar," terangnya.
Selain itu kata dia, juga ditemukan sisa pembakaran pada hidung dan mulut.
"Ditemukan mati tanda-tanda mati lemas (askfiksia)," pungkasnya.(*)
Bertemu Pemuda dan Suporter, Appi: Mari Jaga Makassar |
![]() |
---|
Cara Grab Jaga Mitra, Hadirkan Program Darurat GERCEP 24 Jam |
![]() |
---|
Makassar Damai Harga Mati, Wali Kota Munafri Ajak Semua Elemen Tolak Aksi Anarkis |
![]() |
---|
Sosok Windy Ariyati, Ibu RT Sukses Kembangkan Kebun Terong dan Cabe |
![]() |
---|
Pegawai Pemkot Makassar WFA, Pelayanan Publik Tetap Jalan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.