Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tawuran Antarwarga di Makassar

Tragedi Pannampu 13 Rumah Terbakar, Sosiolog Unhas Ungkap 5 Penyebab Kekerasan Berulang

Sosiolog Unhas, Rahmat Muhammad, menyoroti lima faktor penyebab kekerasan berulang.

Penulis: Renaldi Cahyadi | Editor: Sudirman
Tribun-Timur.com
TAWURAN - Sosiolog Unhas, Rahma Muhammad. Rahmat paparkan lima faktor penyebab kekerasan. 
Ringkasan Berita:
  • Tawuran di kawasan Pekuburan Beroanging, Jl Pannampu, Kecamatan Tallo, Makassar, menelan satu korban jiwa dan menghanguskan 13 rumah. 
  • Sosiolog Unhas, Rahmat Muhammad, menyebut lima faktor pemicu kekerasan berulang: lingkungan sosial, ekonomi, pendidikan rendah, pengaruh media, dan identitas kelompok. 
  • Rahmat menekankan pentingnya peran pemerintah, RT/RW, aparat keamanan, dan tokoh masyarakat untuk mencegah kekerasan sejak dini serta menghindari stigma negatif terhadap wilayah tertentu.

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR — Tawuran di Pannampu menjadi perhatian serius akhir-akhir ini.

Ada 13 rumah hangus terbakar di kawasan Pekuburan Beroanging, Jl Pannampu, Kecamatan Tallo, Kota Makassar, Selasa (18/11/2025)

Sosiolog Unhas, Rahmat Muhammad, menyoroti lima faktor penyebab kekerasan berulang.

Yaitu lingkungan sosial, pergaulan, keluarga, hingga komunitas yang secara tidak langsung mempromosikan kekerasan sebagai cara menyelesaikan masalah. 

Kondisi ini membuat kekerasan dianggap sebagai hal biasa.

Baca juga: 13 Rumah Terbakar Imbas Tawuran di Pekuburan Beroangin Makassar, Kapolda Sulsel: Situasi Kondusif

“Ketika lingkungan menormalisasi kekerasan, itu menjadi pemicu terbesar,” katanya saat dihubungi Tribun Timur, Rabu (19//11/2025).

Faktor kedua adalah ekonomi seperti kemiskinan dan ketidaksetaraan. 

Tingginya angka pengangguran memicu frustrasi yang dapat berujung pada tindakan kriminal dan agresif.

Masalah ketiga adalah pendidikan. 

Masyarakat tingkat pendidikan rendah cenderung memiliki empati dan toleransi yang rendah.

Sehingga penyelesaian masalah lebih mudah berujung pada kekerasan.

Juga pengaruh media dan teknologi menjadi pemicu.

Paparan konten kekerasan secara berlebihan di media sosial dapat membentuk perilaku agresif.

Faktor terakhir adalah identitas kelompok dari masyarakat. 

Doktrin kesetiaan berlebihan pada kelompok tertentu sering menimbulkan solidaritas negatif dan rasa dominasi terhadap kelompok lain.

Rahmat menekankan perlunya pemerintah turun tangan secara sistematis untuk mencegah konflik seperti yang terjadi di Sapiria kembali terulang.

Ia menilai peran berjenjang mulai dari RT/RW, kelurahan, hingga kecamatan sangat penting.

“Penguatan RT/RW kini menjadi prioritas Pemkot Makassar dan harus benar-benar dijalankan agar konflik bisa dicegah sejak dini,” ungkapnya.

Sinergi antara lurah, camat, Polsek, dan Koramil dinilai menjadi kunci untuk menyelesaikan persoalan dari akar masalah.

Rahmat menyoroti banyak warga berada dalam kondisi serba terbatas tidak punya pekerjaan, pendidikan rendah, serta lingkungan yang tidak sehat. 

Kondisi itu membuat mereka pasrah dan mudah terseret dalam tindakan destruktif.

Rahmat juga mengingatkan bahaya stigma negatif terhadap suatu wilayah. 

Ia menyebut konsep lano atau kekerasan laten dapat tumbuh jika masyarakat terus dicap sebagai “daerah nakal”.

“Jika suatu wilayah mendapat stigma, generasi mudanya bisa merasa itu sebagai justifikasi, lalu benar-benar berperilaku nakal atau terus terjerumus dalam konflik,” uajrnya.

Ia menegaskan perlunya kolaborasi semua elemen pemerintah, aparat keamanan, tokoh masyarakat, tokoh agama, sekolah, dan masjid untuk mengembalikan lingkungan menjadi lebih sehat.

“Yang penting pemerintah hadir sebagai fasilitator dan pencegahan dilakukan sejak dini,” jelasnya.

Kapolda Sulsel Irjen Pol Djuhandhani Rahardjo Puro, mengatakan tawuran berakibat pembakaran rumah pada Selasa kemarin dipicu tawuran sehari sebelumnya

Tawuran antara kelompok warga Sapiria melawan kelompok warga Borta itu berakibat tewasnya seorang warga Sapiria bernama Nursyam alias Cipas (37).

Nursyam tertembak senapan angin di bagian kepala saat mencari anaknya di lokasi tawuran.

Cipas yang terkena peluru senapan angin sempat dilarikan ke RS Akademis Makassar, untuk mendapat pertolongan medis.

Namun, Selasa (18/11/2025) pagi, Nursyam dinyatakan meninggal dunia.

Jenazah Nursyam pun dikebumikan di pekuburan sekitar lokasi tawuran.

Setelah pemakaman, tawuran kembali pecah di areal Pekuburan Beroanging, Kecamatan Tallo, Makassar.

Polisi kata Djuhandhani baru mengetahui kejadian yang dialami Nursyam, setelah terjadi tawuran berakibat pembakaran rumah.

Pasalnya, keluarga almarhum tidak melaporkan kasus penembakan itu ke pihak berwajib, pasca kejadian.

"Sebagai awal, kejadian ini tidak dilaporkan kepada kepolisian. Sehingga kami tidak bisa antisipasi lebih lanjut terkait kejadian ini," kata Djuhandhani Rahardjo Puro.

"Kami mengetahui dari pihak kepolisian, setelah dia meninggal, kemudian terjadi kerusuhan ataupun tawuran di Tallo," lanjutnya.

 

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved