Fesmed AJI
AJI: Jaga Kemandirian Media, Selamatkan Jurnalis!
AJI serukan perlindungan jurnalis di tengah ancaman kekerasan, PHK massal, dan sensor halus. Demokrasi dinilai sedang sakit.
Kebebasan pers, kata dia, hanya berarti jika bersifat inklusif dengan melibatkan suara jurnalis perempuan, jurnalis daerah, serta media kecil.
“Karena justru dari merekalah lahir cerita-cerita yang sering diabaikan,” jelasnya.
Ia juga mengingatkan pentingnya membangun jejaring lintas elemen masyarakat sipil.
“Jurnalis harus bergandengan tangan dengan aktivis lingkungan, pegiat HAM, buruh, mahasiswa, komunitas adat, seniman. Karena tanpa pers, perjuangan mereka juga akan hilang,” katanya.
Di akhir sambutannya, Nany mengingatkan bahwa tanpa kebebasan pers, demokrasi tidak akan berjalan. Tanpa jurnalis yang bebas, kebenaran tidak akan tersampaikan, dan rakyat akan terperangkap dalam kebohongan.
“Kalau pers jatuh, maka semua perjuangan masyarakat sipil juga jatuh. Kalau pers dibungkam, maka rakyat akan kehilangan corongnya. Tanpa jurnalis yang berani menulis, tanpa media yang bebas, kita tidak akan pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi di negeri ini,” ujarnya.
“Tanpa kebebasan pers, tidak ada demokrasi. Tanpa jurnalis yang bebas, tidak ada kebenaran. Dan tanpa kebenaran, rakyat akan ditenggelamkan dalam kebohongan,” katanya.
Ketua Panitia Fesmed 2025, Syahrul Ramadhan, berterima kasih atas dukungan berbagai pihak.
Ia menekankan semangat inklusif dan kolaboratif yang mewarnai rangkaian acara tahun ini.
Festival Media 2025 di Makassar akan berlangsung selama beberapa hari dengan agenda diskusi, pameran, lokakarya, hingga pertunjukan seni.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.