Untuk merebutnya, harta dan jiwa menjadi taruhannya.
Ketika merdeka telah dicapai, maka hal terberat adalah bagaimana mengisinya.
Bung Karno mengatakan “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri”.
Apa yang dikatakan Bung Karno bukanlah omon-omon belaka.
Itulah fakta yang kita hadapi dalam menapaki perjalanan bangsa ini.
Terjadi ‘keterbelahan’ dalam melihat suatu masalah.
Terlebih lagi jika terbentuk relawan yang siap mati untuk membela junjungannya.
Konteks merdeka dapat terlihat dan dirasakan mulai dari kelompok terkecil hingga negara.
Seorang ibu -tetangga- sebelah rumah sementara mencuci pakaian ditanya oleh seorang penjual bassang (makanan tradisional di daerah ini) tentang kemerdekaan.
Dikatakan bahwa ia belum merdeka.
“Saya baru merdeka jika di tangan ada lembaran-lembaran merah”.
Lanjut ia mengatakan bahwa “orang tua sudah meninggal, suami pun tidak ada.
Sejumlah anak yang mesti dihidupi. Siapa lagi yang mesti diharap ?” Miris kita melihat orang kecil ini.
Penulis teringat puluhan tahun lalu ketika menjadi penatar P4 bagi mahasiswa baru di Unhas.
Saat itu, penulis membahas tentang UUD 1945.