Dana kegiatan dihimpun dari sumbangan warga dan dua dukungan tambahan, meskipun Udin menyebut pendanaan menjadi tantangan utama.
Namun, hal itu tak menyurutkan tekad panitia untuk tetap melangsungkan perayaan.
“Yang terpenting bukan kemewahan acaranya, tapi bagaimana warga bisa berkumpul, tertawa, dan mengenang kembali semangat kemerdekaan bersama-sama,” ujar Udin.
Bukan Sekadar Lomba
Di banyak sudut kota, warga mulai menyadari bahwa perayaan 17 Agustus lebih dari sekadar upacara atau perlombaan.
Ia adalah ruang bersama, tempat orang-orang kembali terhubung setelah masa sulit.
Di tengah berbagai keterbatasan, gotong royong menjadi bahasa yang menyatukan, dan semangat merdeka kembali terasa dimulai dari lorong-lorong kampung.(*)