Kekerasan Anak

Pelecehan Anak via AI Pernah Terjadi di Makassar dan Bulukumba

Penulis: Siti Aminah
Editor: Sukmawati Ibrahim
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KEKERASAN ANAK - Advokasi Pencegahan Eksploitasi Seksual Anak Secara Online di Hotel Almadera, Kamis (7/8/2025), dihadiri shelter warga dari berbagai kecamatan.

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Ancaman kekerasan terhadap anak secara online semakin besar.

Pelecehan dan eksploitasi seksual anak secara online (Online Child Sexual Exploitation and Abuse/OCSEA) menjadi isu serius.

Ancaman ini terus meningkat seiring pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.

Internet bisa membantu anak mengembangkan keterampilan, tapi juga dapat menimbulkan risiko, seperti pelecehan seksual, penipuan, dan penyebaran data pribadi.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Makassar, Ita Isdiana Anwar, menyebut anak sangat rentan menjadi korban OCSEA.

"Anak-anak sangat rentan terhadap bahaya ini, baik karena kurangnya pemahaman mereka akan risiko dunia maya maupun kelalaian pengawasan dari kita sebagai orang dewasa," ucap Ita, Kamis (7/8/2025).

Pernyataan itu disampaikan dalam kegiatan Advokasi Pencegahan Pelecehan dan Eksploitasi Seksual Anak Secara Online di Hotel Almadera.

Ita menegaskan, dampak OCSEA sangat merusak, bukan hanya fisik, tapi juga psikologis dan sosial.

Pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan semua elemen masyarakat wajib terlibat melindungi anak dari ancaman ini.

Advokasi ini bertujuan meningkatkan kesadaran publik, memperkuat kapasitas penanganan kasus, serta membangun sistem perlindungan yang efektif.

Kegiatan ini dihadiri shelter warga dari berbagai kecamatan, dengan narasumber Sunarti Sain dan Sittiara Kinang.

Sunarti Sain menjelaskan, anak bisa menjadi korban pelecehan seksual online melalui pesan, gambar, atau video yang tidak pantas.

Anak juga berisiko mengalami child grooming, yaitu saat mereka dijadikan objek seksual orang dewasa.

"Yang lebih miris, justru pelakunya anak-anak sendiri," kata Sunarti, akrab disapa Una.

Ia mencontohkan kasus di Makassar dan Bulukumba, saat anak di bawah umur mengedit foto teman sekelasnya menggunakan teknologi AI.

Halaman
12

Berita Terkini