TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Kepala Dinas Sosial Sulawesi Selatan (Sulsel), Abdul Malik Faisal, menanggapi isu yang menyebut banyak guru Sekolah Rakyat mengundurkan diri.
Menurutnya, informasi tersebut tidak sepenuhnya akurat, apalagi di Sulsel.
“Iya, tapi tidak banyak, justru lebih banyak yang tetap tinggal. Hanya sekitar 1,4 persen (secara nasional) dari total guru yang mengundurkan diri,” katanya.
Ia mengaku, dari total keseluruhan guru di Sulsel, jumlahnya diperkirakan sekitar 200 orang.
“Untuk Sulsel, kurang lebih sekitar 25 kali 8, sekitar 200-an guru,” ujarnya.
Adapun secara nasional, jumlah guru yang mengundurkan diri tercatat sebanyak 143 orang.
Namun untuk wilayah Sulsel sendiri, Malik memastikan belum ada laporan pengunduran diri.
Baca juga: ASN hingga Fasilitas Lengkap, Ini Skema Sekolah Rakyat Sulsel 2025
“Kalau secara nasional itu 143 orang. Kalau di Sulsel, saya belum tahu ada yang mundur atau tidak. Belum ada informasi,” ungkapnya.
Ia menyebut kabar pengunduran diri guru di Sulsel masih sebatas isu. Menurutnya, proses pengunduran diri merupakan hal yang lumrah dan tidak perlu dikhawatirkan.
“Mundur itu biasa saja, tidak ada masalah. Saat ini ada sekitar 50 ribu guru yang stand-by di seluruh Indonesia,” kata Malik.
Bahkan, jika ada guru yang mengundurkan diri sekalipun, penggantinya sudah disiapkan oleh pemerintah.
“Sudah ada penggantinya yang stand-by. Tidak ada masalah. Semuanya sudah diantisipasi,” ujarnya.
Terkait alasan mundurnya sejumlah guru, Malik mengungkapkan bisa disebabkan oleh faktor lokasi penempatan yang jauh dari tempat tinggal atau karena sistem asrama yang diterapkan di Sekolah Rakyat.
“Bisa saja karena rumahnya jauh dan penempatannya tidak sesuai harapan. Atau karena tidak bisa tinggal di asrama. Karena di Sekolah Rakyat itu semua guru tinggal di asrama,” jelasnya.
Ia menambahkan, sistem tinggal di asrama tidak hanya berlaku bagi siswa, tetapi juga bagi tenaga pendidik dan pengajar. Namun untuk guru, diberi kelonggaran keluar masuk sesuai kebutuhan.