Opini

Waspada, Ada Pemangsa di dalam Ponsel Anak Anda

Editor: Sudirman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

OPINI - Adityar Dosen Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin

Kebersamaan dengan anak pun menjadi terbatas. Dalam situasi seperti ini, anak bisa merasa terabaikan. Mereka pun mencari pelarian ke ruang yang terasa lebih menerima: dunia maya.

Internet menjadi tempat mereka mencari teman, mencari perhatian, dan mencari validasi. Di sana, mereka menemukan komunitas yang tampak hangat dan penuh pujian, sesuatu yang mungkin terasa langka di lingkungan rumah.

Namun justru dalam kondisi itulah, mereka menjadi lebih rentan. Rasa kesepian dan kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi membuat mereka mudah percaya pada siapa pun yang memberi sedikit perhatian, termasuk para pemangsa digital yang lihai membaca celah.

Kurangnya komunikasi terbuka antara orangtua dan anak turut memperparah keadaan.

Banyak orangtua merasa canggung atau bingung memulai percakapan tentang topik-topik sensitif, seperti hubungan pertemanan, privasi di internet, atau potensi bahaya di ruang digital.

Akibatnya, anak-anak tumbuh tanpa bekal pemahaman yang cukup. Mereka akhirnya menelusuri rimba raya dunia maya sendirian padahal di sanalah ancaman bisa datang tanpa peringatan.

Tentu, kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan orangtua. Sebagai generasi yang tumbuh tanpa internet, orangtua kerap merasa asing dengan kemajuan teknologi yang luar biasa pesat.

Kita tidak tahu aplikasi apa yang digunakan anak, dengan siapa mereka berinteraksi, atau jenis ancaman apa yang mungkin mengintai di balik layar itu sendiri.

Tak jarang muncul anggapan, “Yang penting anak-anak ada di rumah, pasti aman.”. Padahal, di era digital, rumah tidak lagi menjadi benteng perlindungan.

Internet telah mampu menembus tembok rumah, mengikuti anak hingga ke dalam kamarnya, bahkan ketika lampu di seisi rumah telah dipadamkan.

Lalu, apa yang bisa dilakukan orangtua? Langkah pertama adalah menyadari bahwa keterampilan literasi digital bukan hanya kebutuhan anak-anak, tetapi juga kebutuhan orangtua.

Kita tidak harus menjadi pakar teknologi, tetapi setidaknya memahami risiko-risiko yang mungkin muncul sehingga kita bisa membuka dialog dengan anak-anak kita, memantau secara bijak, dan memberi perlindungan yang relevan.

Melindungi anak-anak dari pemangsa di dunia maya adalah tugas yang terlampau berat jika dipikul sendirian.

Ini membutuhkan kolaborasi dari semua pihak. Orangtua, pendidik, pemerintah, dan masyarakat secara keseluruhan perlu bekerja sama untuk menciptakan ekosistem digital yang lebih aman bagi anak-anak kita.

Sudah saatnya kita tidak hanya fokus pada keamanan di dunia nyata, tetapi juga di dunia maya, karena di sanalah, anak-anak kita kini tumbuh, belajar, dan bersosialisasi.(*)

Berita Terkini