"Ini bukan cuma soal melihat hilal, ini soal pembuktian. Kita ingin pastikan, hitungan hisab yang akurat hingga ke detik benar-benar sesuai dengan kenyataan," ujarnya.
Meskipun hasil hisab menunjukkan hilal masih di bawah ufuk, proses rukyat tetap dianggap penting.
"Ada yang bertanya, kenapa harus repot-repot kalau sudah jelas hasilnya? Justru di sini letak tantangannya. Ini bukan soal hasil semata, tapi soal proses, soal pembuktian ilmiah, dan soal syiar Islam,” jelas Ali Yafid.
Secara hisab, ijtimak atau konjungsi terjadi pada 29 Maret 2025 dengan posisi hilal masih di bawah ufuk.
Berdasarkan data astronomi, saat terbenam matahari, posisi hilal diperkirakan sekitar minus 2 derajat di Kota Makassar. Data ini kemudian akan diverifikasi melalui mekanisme rukyat. (*)