Mengetahui hal itu, Polres Palopo akhirnya bergegas ke rumah Feni Ere melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP)
"Ke TKP, ditemukan ada beberapa titik darah plus satu sor (celana dalam) tergantung di pintu belakang, itu juga ada darahnya," kata Abe.
Baca juga: Pembunuh Feni Ere Terancam Hukuman Mati

Temuan bercak darah itu, kemudian memunculkan alibi bahwa korban diduga melakukan aborsi.
Alibi itu, ditelusuri ke sejumlah rumah sakit yang ada di Kota Palopo.
Namun tidak ditemukan jejak rekam bahwa Feni pernah dirawat di rumah sakit.
Sebulan kemudian, hilangnya Feni Ere kian menjadi misteri.
Reskrim Polres Palopo pun meminta bantuan ke Resmob Polda Sulsel untuk turun tangan.
"Satu bulan laporannya soal kehilangan, ini sudah Februari. Akhirnya minta tolong ke kami (Resmob Polda Sulsel)," cerita Abe.
"Tiga bulan kemudian, masih viral ini barang, saya pelajari terus, nda enakmi perasaanku karena saya bilang nda adami tanda-tanda ini orang," terangnya lagi.
Insting Abe yang sudah terlibat sejumlah pengungkapan kasus menonjol di Sulsel, kian terpacu.
"Barusannya ada orang saya cari tidak kudapat. Satu ji prinsipku, kalau nda kudapat matimi itu orang. Insting mi ini bicara," akunya.
Masuk Maret 2024, penyelidikan kasus hilangnya Feni kain dimassifkan.
Yaitu dengan cara kembali menganalisa temuan bercak darah pada sore korban yang ditemukan tergantung di belakang pintu kamar.
Analisa itu, sekaligus mematahkan dugaan atau alibi bahwa Feni diduga aborsi.