Lalu seiring waktu, karir Pak Syaf moncer di kepolisian. Ia menanjak jadi Kapolda, Kadiv Propam, Kalemdiklat, hingga Wakil Kapolri berpangkat Komisaris Jenderal.
Di tahun 2018, Pak Syaf benar-benar bersinar di berbagai ladang pengabdian. Ia didaulat memimpin kontingan olahraga Indonesia di Asian Games 2018 sebagai Chef de Mission.
Beberapa saat selepas Asian Games yang sukses, Pak Syaf diangkat menjadi Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Di posisi puncak Pak Syaf itu, saya menemaninya, tepatnya: bekerja untuknya. Sembari tetap menjalankan pekerjaan saya sebagai staf di Kantor Presiden, saya berkantor di mana Pak Syaf berada. Juga ketika Pak Syaf pensiun dari urusan negara.
Sejak dekat dengan Pak Syaf itu, hidup saya – juga banyak orang yang saya kenal – sungguh berubah dan lebih berwarna.
Tak sedikit impian saya, juga hal-hal yang takkan berani saya mimpikan, diwujudkan dengan santai oleh Pak Syaf.
Terutama perjalanan ke berbagai pelosok bumi dengan pengalaman-pengalaman yang unik dan tak dirasakan semua orang.
Tak banyak tokoh yang pada masa purnabaktinya, justru lebih sibuk ketimbang saat-saat memegang jabatan seperti Pak Syaf.
Semenjak pensiun di tahun 2019, hari-hari Pak Syaf malah kian berisi. Ia tak tertarik masuk partai politik. Ia memilih jalan sepi tapi luas: mengurus pendidikan dan menebar kebaikan terutama untuk umat.
Ia mendirikan Yayasan Indonesia Mengaji untuk mengentaskan buta huruf Al-Quran di kalangan umat Islam.
Ia menginisiasi Yayasan ASFA yang menyalurkan beasiswa kepada ribuan mahasiswa Indonesia yang belajar di berbagai perguruan tinggi di Mesir, Arab Saudi, Maroko, hingga Yordania.
Ia membangun masjid di mana-mana, dari Pulau Seribu, Makassar, sampai Jakarta. Pak Syaf merestui berdirinya tawaf TV, sebuah kanal berita dunia Islam di mana saya ikut sebagai pengelola.
Mungkin karena itu, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung sampai memberikan gelar Doktor Kehormatan. Bukan sebagai jenderal polisi, bukan pula sebagai menteri, tapi sebagai tokoh Islam moderat.
Beberapa kali, Pak Syaf tampil di podium terhormat Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir untuk menyampaikan pidato di hadapan para civitas akademika.
Pak Syaf adalah seorang tokoh yang bisa melangkah keluar dari gelanggang kekuasaan dengan begitu legawa dan kepala tegak. Ia undur diri dari kekuasaan yang centang-perenang, dan menikmati hari-harinya mengurus khalayak. Membaur dengan umat yang terserak.
Pak Syaf rajin bertandang ke pondok-pondok pesantren di Jawa hingga Sulawesi. Ia datang Pesantren Tebuireng, Gontor, Tremas sampai Al-Hikmah Benda.