Kolom Ahmad M Sewang

Bila Pimpinan Memberi Keteladanan Otomatis Diikuti Bawahannya, Kisah Prof Baharuddin Lopa

Editor: AS Kambie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Guru Besar UIN Alauddin Makassar, Prof Dr Ahmad M Sewang MA

Oleh: Ahmad M Sewang 
Guru Besar Sejarah UIN Alauddin Makassar

TRIBUN-TIMUR.COM - Sebaliknya, kata nenek moyang dalam sebuah pepatah lama, "Ikan akan mulai membusuk dari kepalanya." Hari ini (2 Desember 2024) saya sementara di depan tv menyimak intraktif editorial Media Indonesia tentang pengembalian anti korupsi menteri agama RI ke KPK. 

Jika kepala negara memulai mencontohkan antikorupsi, otomatis akan merembes ke bawah secara beruntung di staf di bawahnya. 

Demikianlah diajarkan ilmu sosial bahwa dalam masyarakat paternalistik seperti Indonesia bahwa bawahan akan meneladani prilaku pimpinannya. 

Menteri agama RI, Prof Dr Nasaruddin Umar MA mencontohkan pengembalian amplop yang dianggap sebagai sebagai raswah (suap) kepada KPK. 

Dalam pidato pertama presiden menghendaki agar semuanya menghindari perbuatan tercalah, yaitu korupsi. 

Sebenarnya contoh positif dari Menag telah dicontohkan sebelumnya oleh Prof Dr Baharuddin Lopa SH. 

Suatu ketika beliau mendapat kiriman pansel dari seorang pengusaha. Isi pansel itu dibuka anaknya tanpa diketahui, terpaksa Beliau mencari pembungkusnya di tempat sampah, kemudian beliau ke toko mencari barang yang serupa sebagai pengganti ponsel itu.

Kearifan lokal yang tertuang dalam ungkapan "ikan membusuk dari kepalanya" memiliki makna filosofis mendalam yang relevan dengan isu kepemimpinan dan anti-korupsi. 

Dalam masyarakat paternalistik seperti Indonesia, teladan dari pemimpin, terutama dalam hal moralitas dan integritas, sangat memengaruhi perilaku bawahan dan masyarakat.

Langkah Menteri Agama, Prof  Nasaruddin Umar yang mengembalikan amplop yang dianggap rasuah ke KPK adalah contoh nyata bagaimana seorang pejabat tinggi dapat memulai langkah antikorupsi. 

Tindakan ini tidak hanya menunjukkan integritas pribadi, tetapi juga mengirimkan pesan kuat bahwa praktik korupsi tidak akan ditoleransi, apapun bentuknya.

Kisah Hatta, Wakil Presiden pertama RI, ketika berkunjung  ke Irian Barat ia disodori amplop, beliau hanya menjawab singkat, "Saya sudah dibekali uang jalan." 

Prof Baharuddin Lopa menambah dimensi historis dan moralitas pada artikel ini. Beliau, dengan prinsip yang sangat kuat, tidak segan mengakui kesalahan walau tidak disengaja, bahkan sampai mencari pembungkus ponsel di tempat sampah. 

Sikap seperti ini menunjukkan keteladanan yang langka, menegaskan pentingnya integritas yang konsisten, bahkan dalam hal yang terlihat kecil.

Halaman
12

Berita Terkini