Namun, dalam debat, kekompakan mereka dianggap terhambat oleh pertanyaan-pertanyaan kurang relevan dan bisa berpotensi menjadi bumerang.
Misalnya, ketika Rezki mengajukan pertanyaan terkait jumlah ambulans dan kuburan kepada pasangan MULIA.
Menurut Prof. Firdaus, pertanyaan semacam itu sangat tidak relevan.
"Ada pertanyaan dari Rezki Mufliati yang tidak terlalu relevan, ini justru jadi bumerang. Misalnya soal pertanyaan jumlah ambulans dan kuburan. Jadi yang harus ditonjolkan adalah kekompakan, karena ini yang dinilai oleh publik," ungkapnya.
Prof. Firdaus menambahkan, debat ini menunjukkan sejauh mana setiap pasangan calon memahami persoalan Makassar.
Dengan pemahaman yang mendalam, didukung pengalaman, serta kekompakan dalam menyampaikan visi mereka, para pasangan calon dapat menunjukkan kesiapan untuk memimpin.
"Jadi ada tiga hal yang menjadi kunci, yaitu pemahaman, pengalaman, dan kekompakan," tandasnya.
Debat pamungkas Pilwali Makassar diselenggarakan pada Rabu, (13/11/2024) di Hotel Four Points by Sheraton, Makassar, pukul 13.00 WITA.
Debat ini mengangkat tema "Wujudkan Makassar Kota Berperadaban Maju Melalui Harmonisasi Pembangunan Nasional dan Daerah, Tata Kelola Lingkungan Hidup yang Berkeadilan, dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat."
Empat pasangan calon hadir dalam debat ini, yakni paslon nomor 1 Munafri Arifuddin-Aliyah Mustika Ilham (MULIA), paslon nomor urut 2 Andi Seto Gadhista Asapa-Rezki Mufliati Lutfi (SEHATI), paslon nomor urut 3 Indira Yusuf Ismail-Ilham Ari Fauzi (INIMI), dan paslon nomor urut 4 Amri Arsyid-Abd Rahman Bando (AMAN). (*)