TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Lingkaran Survei Inspirasi (LSI) Denny JA mengeluarkan hasil survei terkait elektabilitas pasangan Calon Gubernur Sulsel Danny Pomanto-Azhar Arsyad dan Andi Sudirman Sulaiman-Fatmawati Rusdi.
Survei itu menempatkan paslon nomor urut 1, Danny-Azhar diangka 12,9 persen, sementara paslon nomor urut 2 Andi Sudirman-Fatmati mendominasi dengan 61,4 persen.
Menanggapi itu, Cagub Sulsel Danny Pomanto tak mempermasalahkan hasil survei yang menempatkan surveinya dibawah 15 persen.
Meski kalah di survei, namun Danny tetap yakin akan menang di hasil akhir penghitungan suara pada Pilkada serentak 2024 ini.
"Tidak apa-apa, kita hargai survei itu, saya memang ditakdirkan kalah si survei tapi menang (hasil akhir), seperti contoh survei di Toraja, saya 0 dia (Ass-Fatma) 80 persen, nanti kita lihat kenyataannya bisa-bisa saya 80 parsen dia nol," ucap Danny Pomanto diwawancara di Jl Boulevard, Minggu (20/10/2024).
Terpisah, Juru Bicara Danny-Azhar, Asri Tadda menyampaikan, survei adalah hal yang biasa dalam politik.
"Itu sah-sah saja. Setiap lembaga survei tentu punya metode masing-masing untuk mendapatkan hasilnya," kata Asri.
Hanya saja, kata Asri, hasil survei sesungguhnya bisa saja dikondisikan untuk mendapatkan hasil tertentu sesuai kebutuhan.
"Kan tergantung sampling-nya diambil dari mana. Meski dilakukan secara random, tapi kalau menyasar basis Paslon tertentu maka jelas hasilnya akan jomplang terhadap lawan. Dan ini, secara metodologis dibenarkan," jelas Asri yang juga menggawangi sebuah lembaga survei dan konsultasi politik itu.
Dijelaskan Asri, posisi Danny - Azhar jauh sebelum melakukan aktivitas kampanye ke berbagai daerah belakangan ini sudah berada di angka 15 persen.
"Sebelum masa kampanye, survei Danny - Azhar malah sudah sekitar 12 persen-15 persen. Itu dipotret sejumlah lembaga survei. Nah, sudah tiga pekan kampanye berjalan, kok angkanya malah menurun? Kan tak masuk akal," ujar Asri mempertanyakan hasil survei yang belakangan dimunculkan.
Melihat respon dan penerimaan rakyat yang luar biasa di berbagai daerah selama aktivitas kampanye DiA beberapa pekan terakhir, lanjut Asri, maka angka di bawah 30 persen adalah sesuatu yang tidak masuk akal.
"Seturut dengan survei internal kami yang di awal kampanye sudah di angka 35 persen, maka jika ada survei yang menempatkan DiA di bawah itu, apalagi hanya 12 persen yang artinya malah makin menurun, maka itu sangat patut dipertanyakan," beber Asri.
Dari pengalaman Asri, survei politik yang cenderung menurun biasanya hanya terjadi pada calon incumbent. Bukan pada paslon penantang yang profilnya sangat sarat prestasi.
"Kan lucu, penantang yang datang membawa misi memperbaiki nasib petani dan nelayan, menyelamatkan kebudayaan dan adat istiadat serta masa depan Sulawesi Selatan, surveinya justru menurun," tuturnya.