Opini

Raja Dungu

Editor: Sudirman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dr Ilham Kadir MA - Akademisi & Intelektual Muhammadiyah/Panitia Muswil

Jika merujuk pada teori Arnold Joseph Toynbee, Creative Minority in Political Society bahwa it is normal if a civilization grows, develops, and then dies, bahwa itu normal saja jika sebuah peradaban atau pemerintahan tumbuh, bekembang, lalu mati, ( A.J. Toynbee, A Study of History, London: Oxfort University Press, 1961).

Peradaban pasti akan tumbuh jika didasari dengan ilmu, sebab ilmu adalah akar peradaban, dan peradaban adalah buah dari ilmu, sebaliknya kedungan akan menghancurkan peradaban.

Pada titik ini, kita harus paham bahwa raja dungu akan menghancurkan negerinya.

Satu lagi penekanan teori Toynbee, bahwa setelah meneliti 22 peradaban, berksimpulan bahwa  setiap peradaban yang berada di ujung tanduk, akan selalu dipimpin oleh Raja dungu dengan segenap pembantu-pembantunya dan rakyat mendukung mereka secara mayoritas, persis seperti Fir’aun.

Namun, ada saja golongan minoritas disebut ‘creatif minority’ yang anitesa dari raja dungu, mereka yang minoritas inilah dengan berbasis ilmu pengetahuan yang justru kelak mampu menumbangkan raja dungu lalu memulai peradaban baru.

Artinya, ketika sebuah negeri dipimpin raja dungu bukan berarti semua rakyat kehilangan harapan.

Allah akan selalu mengutus Musa yang segala aktivitasnya berbasis pada wahyu dan ilmu, sebab hanya dengan ilmu berbasis wahyu peradaban manusia akan berjaya. Namun ilmu disebarkan melalui dakwah dan pendidikan.

Maka tugas da’i dan pendidik dalam menyadarkan umat dan mengedukasi peserta didik agar tidak memiliki pemimpin dungu sangat diperlukan, namun jika da’i dan pendidiknya juga bagian dari raja dungu, maka tunggulah kehancuran di depan mata. Wallahu A’lam!

Berita Terkini