Ismail Suardi Wekke
Majelis Pengurus Pusat
Pemuda ICMI
TRIBUN-TIMUR.COM - Kurun waktu 1973-1982 menjadi rector Universitas Hasanuddin (Unhas).
Setelahnya, beliau memimpin Sulawesi Selatan, 1983-1987. Kemudian terpilih kembali untuk periode 1987-1993.
Hanya saja, 1992 mengakhiri masa jabatan setahun lebih awal setelah terpilih menjadi wakil ketua MPR RI, untuk masa jabatan 1992-1997.
Bagi saya, murid yang duduk di bangku sekolah dasar pada tahun 1983-1989, mengenal satu nama untuk gubernur.
Prof Dr Ahmad Amiruddin, bahkan dalam kunjungan Mentri Penerangan RI, Harmoko, ke Lappapai (Camba, Maros) didampingi gubernur Sulawesi Selatan.
Ketika itu, meresmikan stasiun relay televise yang memberikan kesempatan bagi warga Camba dan sekitarnya menikmati tayangan TVRI. Sekaligus di tahun 1986, bisa menyaksikan Maradona merengkuh Piala Dunia sepakbola.
Murid sekolah dasar berderet di pinggir jalan. Melambaikan bendera merah putih ukuran kecil, sembari menyambut tamu yang datang.
Satu-satunya mentri yang datang, dan tidak ada lagi setelahnya hingga kini, 2024.
Namun, bukan tentang mentri dan kunjungannya di Camba. Justru yang menjadi perhatian adalah sosok gubernur yang turut dalam kunjungan tersebut.
Sampai kemudian menempuh pendidikan sekolah menengah di Tamalanrea, sayapun kerap menemukan gambar dan berita yang mengiringinya tentang figur ini.
Trilogi Pembangunan Sulawesi Selatan
Diantara tiga ingatan saya yang terhubung dengan Ahmad Amiruddin. Pertama tentang umbul-umbul. Pada saat menjabat gubernur Sulawesi Selatan, seorang koleganya di Universitas Hasanuddin yang menjadi bupati di Wajo, Prof. Dr. Radi A. Gany (1988-1993).
Dalam kunjungan ke daerah, Ahmad Amiruddin selalu mengingatkan untuk tidak perlunya memasang umbul-umbul. Bahkan dalam satu kesempatan, umbul-umbul terpasang dan muncullah pertanyaan terkait dengan itu.
Radi A. Gani menjawab bahwa itu untuk “perayaan ulang tahun istrinya”.