Namun tidak diizinkan pihak berwenang dengan alasan pemkab yang akan mendesain dan membangun ulang Pasar Karisa.
Pemkab Jeneponto kemudian membongkar total semua kios dalam pasar hingga rata dengan tanah.
Pemkab menjanjikan pasar yang lebih modern.
Selama masa antar waktu itu, disediakanlah lahan pengganti sementara yang tak jauh dari lokasi pasar terbakar.
Namun seiring berjalannya waktu bahkan bertahun-tahun, pembeli semakin berkurang karena suasana pasar yang tidak nyaman.
Hanya terdiri balai-balai beratap di atas tanah biasa, sehingga jika hujan akan sangat becek.
Selain itu karena posisi pasar pengganti sementara lebih ke dalam dari area sebelumnya, pembeli tidak antusias.
Akhirnya secara natural penjual mulai pindah lebih dekat ke jalan raya, berlangsung dalam waktu lama menjadi kebiasaan yang sulit ditata ulang.
Di saat yang sama, masyarakat menyaksikan adanya pengangkutan tanah dari sisa runtuhan pasar tersebut yang terindikasi dijual ke pihak lain oleh oknum tertentu.
Bahkan hingga besi-besi sisa bangunan juga habis sama sekali.
Hingga akhir masa jabatan Iksan Iskandar, proyek pembangunan kembali Pasar Karisa tak pernah jelas.
Berbagai dalih pemkab berseliweran di media sosial yang mudah ditemukan.
"Dari belum cukupnya anggaran, belum adanya persetujuan kementerian perdagangan, hingga kesalahan dilimpahkan ke pedagang yang tak mau diatur jika dibangunkan pasar baru di tempat lain," kata Syamsuddin.
Pada Minggu 31 Desember 2023 lalu, Syamsuddin bersama dua tokoh masyarakat yang juga pedagang di pasar, yakni Amir dan H Ero’, mengundang Mukhtar Tompo, anggota DPR RI periode 2014-2019 ke Pasar Karisa.
Alasan mereka meminta bantuan Mukhtar Tompo memfasilitasi kejelasan masalah tersebut dapat berwujud pasar secara nyata.