Pasalnya, sumber api kecil sangat rawan.
“Yang punya ladang luas usahakan jangan melakukan pembakaran lahan karena kemungkinan terjadi kebakaran yang meluas,” ujar Sultan.
Kemarau panjang berdampak besar di tiga wilayah Sulsel.
Mulai dari pesisir Barat, Selatan dan Timur Sulsel.
Sementara itu wilayah utara masih berpotensi diguyur hujan.
“Khusus Sulsel bagian pesisir barat, selatan, dan timur dan memang masih didominasi oleh cuaca cerah dan cerah berawan. Meskipun ada beberapa wilayah yang masih ada terjadi hujan untuk wilayah bagian utara, seperti Palopo, Luwu, Luwu Luwu Timur dan Luwu Utara ada potensi hujan ringan sampai sedang,” jelas Sultan.
Kebakaran Lahan
Kabupaten Maros, tetangga terdekat Kota Makassar, juga menjadi wilayah kategori panas sekali saat ini.
Kekeringan dan kebakaran lahan sudah marak terjadi di Butta Salewangan. Kebakaran di Maros bahkan sudah menelan korban jiwa.
Tercatat 47 kasus kebakaran terjadi dalam rentang waktu tersebut.
Kepala Polisi Pamong Praja Pemadam Kebakaran dan Penyelamat Kabupaten Maros, M Jufri mengatakan, pada Mei sebanyak 6 kasus terjadi, lalu Juni 8 kasus dan Juli sebanyak 10 kasus.
“Dan yang paling banyak terjadi di bulan Agustus yakni 23 kasus hingga tanggal 23 kemarin,” ujar Jufri.
Ia menyebutkan objek yang terbakar sebagian besar adalah lahan warga.
Panasnya terik matahari membuat tumbuhan keringan dan membuatnya mudah terbakar.
“Objek yang terbakar sebagian besar adalah lahan warga, sisanya rumah pemukiman,” kata Jufri.
Faktor penyebab di kebakaran rumah warga adalah korsleting listrik.