Setiap kamar santri berpenghuni 7 orang dilengkapi dengan 3 kamar mandi agar santri tidak saling berebut terutama untuk mengejar salat subuh.
Pada asrama berlantai 5, justru anak yang bertubuh tidak kokoh ditempatkan di lantai 5 supaya setiap hari ia dapat bolak balik mendaki tangga. Tersedia hotel berbintang di dalam kampus dan masjidnya berlantai 5.
Saya hanya mau tahu. Setelah sekian lama tanpa berita, kini Pesantren Al-Zaytun Jabar muncul kembali dalam wacana publik. Ada apa sebenarnya, apa masalahnya?
Saya hanya tahu Zaytun adalah pesantren yang sudah mapan. Infrastrukturnya sangat oke. Proses pendidikannya berjalan lancar. Interaksi dengan lingkungannya juga baik. Jangan-jangan kecemburuanlah yg memicu munculnya wacana tentag Al-Zaytun?
Terima kasih, sahabatku, Prof Sofyan.
Ponakan saya, kini sudah dokter, adalah alumni Al-Zaytun. Saya juga tidak melihat sesuatu yang aneh pada keberislaman ponakan yang alumni Al-Zaytun itu.
Saya mengira, itu soal persaingan bisnis santri/siswa baru dan kecemburuan sosial ekonomi, lalu perbedaan paham/fikhi yang ditonjolkan.
Yang berbahaya jika lembaga keagamaan seperti MUI mau menyatuseragamkan tafsir dan corak fikhi umat Islam.
Yang mestinya ditumbuhkan ialah mendorong lembaga-lembaga umat yang sudah mapan untuk saling mendukung membangun peradaban bangsa di tengah perbedaan tafsir dan fikhi umat!
Ponpes Matahari Maros. (*)