Darwis Daeng Nai lahir dari keluarga sederhana. Ayahnya, Jafari Daeng Japa hanyalah seorang petani. Sementara ibunya Siti seorang ibu rumah tangga.
Daeng Nai terpaksa putus sekolah usai tamat di SMP Negeri 2 Sungguminasa. Ayahnya tak mampu lagi menyekolahkan Daeng Nai karena keterbatasan ekonomi.
Sejak tahun 1982, ia terpaksa menyambung hidup sebagai tukang batu. Ia menjalani profesi ini selama beberapa tahun hingga 1987.
"Saya jadi buruh bangunan yang digaji Rp750 perhari ketika itu. Termasuk waktu SMP, kalau hari-hari libur saya ikut sama om bekerja," kenangnya.
Setelah itu, ia menemuki profesi sebagai pedagang ikan. Ia menjual ikan di Pasar Cendrawasih. Profesi itu dijalani sejak tahun 1987 hingga 1992.
Setelah itu, ia kembali menjadi tukang batu. Tahun 2000 hingga 2002, ia juga sempat menjadi tukang ojek, sebelum kembali menjadi tukang batu.
Hingga akhirnya, tahun 2012 ia mendirikan perusahan sendiri yang menjelma menjadi perusahan properti besar di Kabupaten Gowa.
"Ini tidak lepas dari doa orang tua, serta garis tangan dari Allah," katanya.