Lebaran Iduladha 2022

Khutbah Rektor Unhas di Masjid Al Markaz: Perspektif Prof JJ Tentang Makna ‘Mampu’ dalam Ibadah

Editor: Sudirman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Rektor Unhas Prof Dr Jamaluddin Jompa yang akrab disapa Prof JJ khutbah Iduladha di Masjid Al Markaz Al Islami Jenderal M Jusuf, Makassar, Minggu (10/7/2022). Prof JJ mengulas makna mampu dalam Ibadah Haji

Tingkatan ketiga adalah mampu ikhlas. Orang ini menurut ayat-ayat al-quran memiliki karakter terkhusus seperti; 1). Iblis dan nafsu amarah tidak memiliki akses ke dalam jiwa mereka. Iblis benar-benar putus atas mereka.

Hal ini dapat dilihat dalam surah al Hijr ayat 39-40:” Iblis berkata:" Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik ( perbuatan maksiat ) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba- hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka". Kandungan yang sama terdapat surah As-Shad ayat 82-83.

Iblis sendiri mengakui bahwa dia tidak berdaya untuk mengalihkan mereka dari jalan kebenaran, karena hati mereka telah menjadi tempat Tuhan, dan jelas bahwa iblis tidak memiliki kekuatan untuk mengatasi dan merebut tempat Tuhan dalam hati orang yang ikhlas.

Orang-orang seperti itu selalu aman dan terlindungi di dalam pemeliharaan ‘Baitullah’ dari setiap dosa yang nyata, lisan, intelektual, hati dan rahasia, dan juga bebas dari segala jenis kesalahan, tindakan mereka adalah perbuatan yang benar, lidah mereka adalah lidah yang benar, mata mereka adalah mata yang benar, dan telinga mereka adalah telinga yang benar.

Seluruh pusat keberadaan mereka adalah milik kehadiran kebenaran, dan rumah hati dan kepala mereka telah diserahkan kepada Tuhan. Hal ini sesuai dengan ayat dalam surah Ash-Shafsaat:’Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan, Kecuali h amba- hamba Allah yang dibersihkan dari ( dosa ).’

Inilah yang dicontohkan Prof JJ dalam khutbahnya bahwa godaan iblis dialami oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail Alaihimassalam ketika hendak melaksanakan perintah qurban mampu melawan rayuan dan godaan iblis tersebut.

Bahkan Iblis lari terbirit birit karena mendapat lontaran batu dari Ibrahim dan Ismail Alaihimassalam. Peristiwa tersebut diabadikan dalam bentuk melontar jumrah Ula, Jumrah Wustha dan Jumrah Aqabah dalam pelaksanaan Ibadah Haji.

Kekuatan mampu dalam orang ikhlas benar-benar dalam hak prerogatif mampu Tuhan. Manusia tidak dapat mengukur dan mengintervensinya termasuk orang ikhlas yang bersangkutan sama sekali tidak tahu dengan kemampuannya sendiri.

Itulah makna kalimat : Laa Hawla waLa Quwwata Illa Billaah memiliki arti: "Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah semata".

Hal ini dapat kita lihat dalam dialog antara Nabi Ibrahim dengan Tuhan yang dinukil Prof JJ dalam khutbanya:’ Nabi Ibrahim AS berkata “Ya Allah sungguh mereka tidak akan mendengar suara seruanku”. Allah berkata: “Ya Ibrahim tugasmu hanya mengundang hambaKu dan Akulah yang meyampaikannya ke dalam hati hambaKu”.

Orang ikhlas hanya dalam pengetahuan Allah, manusia pada umumnya tidak ada kemampuan untuk mengetahui kemapuan orang Ikhlas sebagaimana dalam Surah Al-Qashash ayat 56: ’Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang- orang yang mau menerima petunjuk.’(*)

Berita Terkini