Inspirasi Ramadhan 2022 Hamdan Juhannis

Indra Keberagamaan 15: Model Celengan Buntu

Editor: AS Kambie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Prof Hamdan Juhannis, Rektor UIN Alauddin

Celengan itu ditutup saja lubangnya untuk membiasakan penyumbang dengan model elektronik dan menghilangkan kebiasaan membawa uang receh ke masjid.

Tapi sejujurnya saya masih menyimpan tanda tanya dengan pembayaran elektronik ini terlepas dari keunggulan akuntabilitasnya.

Bahwa model ini terasa mengurangi nilai pada transaksi tradisional masyarakat kita, menyumbang itu lebih afdhal kalau dalam bentuk fisik. Ada kecenderungan masyarakat kita harus melihat dulu uangnya secara fisik baru dimasukkan di Bank. 

Lebih dari itu, transaksi tradisional itu di dalamnya melibatkan transaksi kemanusiaan; dialog, saling tanya kabar, tawar-menawar, dan bahkan bisa melebar ke pembicaraan urusan sosial lainnya.

Itulah kenapa pasar tradisional selalu ada di tengah himpitan mall dan pasar modern, karena disitu ada sistem kekerabatan yang terjalin.

Saya pikir, perlu ada jalan tengah untuk menguatkan model transaksi digital sekaligus pembelajaran baru bagi masyarakat akar rumput tapi transaksi kemanusiaan harus tetap terpelihara.

Satu lagi yang "dikorbankan", sejak transaksi elektronik dibudayakan pada berbagai model pembayaran, khususnya gaji dan honor, terjadi proses "pemiskinan" bagi bapak-bapak yang suka menyembunyikan pendapatannya di sela-sela buku, sepatu, songkok, dan lubang-lubang rahasia lainnya, karena hal itu tidak mungkin lagi dilakukan.

Tinggal satu harapan, semoga amplop ceramah tetap dipertahankan dengan model pembayaran secara langsung.

Ya, hadirnya sebuah sistem baru juga selalu melahirkan tumbal!(*)

Berita Terkini