Inspirasi Ramadhan 2022 Hamdan Juhannis

Indra Keberagamaan 15: Model Celengan Buntu

Editor: AS Kambie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Prof Hamdan Juhannis, Rektor UIN Alauddin

Indra Keberagamaan (15)
Oleh: Hamdan Juhannis
Rektor UIN Alauddin

TRIBUN-TIMUR.COM - Kita ulas sedikit tentang transaksi digital untuk menggugah tingkat kepercayaan, meskipun saya juga baru memahami secuil dari sistem transaksi seperti ini.

Anggaplah ini sebagai kelanjutan dari pembahasan tentang sifat kenabian, amanah.

Adalah respon dari sahabat saya, Hasvan Murphy, Kepala MayBank Indonesia Timur yang menyulut saya untuk membahas masalah yang belum saya pahami benar.

Pak Hasvan Murphy menunjuk kasus tukang becak yang bisa tidak amanah hanya karena uang kembalian.

Menurut Hasvan Murphy, masalah itu bisa terpecahkan sekiranya dilakukan transaksi elektronik.

Lalu teringatlah saya mengapa pemerintah selalu mendorong sistem transaksi elektronik itu dilakukan dalam setiap level transaksi, mulai dari penerimaan gaji, penghonoran, sampai pada pengadaan barang dan jasa.

Bukan hanya secara elektronik tapi bahkan secara online, yang tujuannya mencegah kebocoran dan mewujudkan  keterbukaan (transparency).

Lalu Pak Hasvan Murphy menunjuk bahwa sekiranya sistim pembayaran elektronik itu dilakukan dengan model yang dikembangkan oleh Pemerintah (BI) yaitu: QRIS atau KRIS (Quick Response Code Indonesian Standard), dengan melekatkan "barcode"nya di setiap tempat membayar, maka itu dengan sendirinya meningkatkan tingkat keterpercayaan.

Lalu Pak Hasvan Murphy menunjuk misalnya, pembayaran model QRIS sekarang ini sudah dilakukan di mobil angkot dan di pasar-pasar tradisional.

Saya tertarik juga dengan terobosan transaksi model seperti ini, termasuk melekatkan QRIS pada celengan yang beredar,  penyumbang cukup menscan barcode QRIS.

Jadinya, celengan itu berfungsi ganda, sebagai penadah sumbangan uang fisik atau kertas dan sumbangan uang elektronik.

Kelebihannya, penyumbang juga tidak perlu memegang uang kertas yang mungkin agak kotor karena sering berpindah tangan, dan juga mengurangi memegang benda asing dari luar, doktrin yang lahir dari era covid.

Di samping itu, sumbangan model QRIS seperti ini juga bisa memelihara tingkat keikhlasan karena tidak ada yang mendeteksi, selain si penyumbang dan panitia setelah mengecek rekening masjid.

Daripada setengah mati menyembunyikan sumbangan yang mau dimasukkan di celengan, ujung-ujungnya ketahuan juga jumlah sumbangannya karena kotak celengan itu terbuat dari kaca, transparan dari luar.

Bahkan saya berfikir, perlunya revolusi cara menyumbang di masjid, yang saya sebut: Model Celengan Buntu.

Halaman
12

Berita Terkini