Jamaluddin Jompa mengikuti pendidikan pascasarjana pada 1994 dengan mengambil program master dalam “Coral Reef Assessment and Monitoring” di McMaster University, Kanada. Jamal memperoleh gelar M.Sc pada 1996 dan kemudian melanjutkan program doktoral di James Cook University, Australia, North Queensland yang ia selesaikan pada 2003.
Jamaluddin Jompa menikah dengan Hartati Tamti, yang juga alumni Kelautan Universitas Hasanuddin.
Mereka dikarunia empat orang anak, Muthiah Nur Afifah, Maulana Nur Ikhsan, Ahmad Walid Jamal, dan Fahri Nur Jauhar.
Dia memperoleh anugerah sebagai dosen berprestasi dengan hasil penelitian yang cukup banyak. Tulisan-tulisannya dapat dijumpai pada jurnaljurnal internasional, hingga ia sempat-sempat disebut sebagai calon ideal Menteri Kelautan di tahun 2013 lalu.
Prof Jamaluddin Jompa beberapa waktu lalu pernah terpilih sebagai saintis muda Indonesia yang memperoleh penghargaan internasional di Amerika Serikat. Jika kemudian dia terpilih sebagai seorang saintis, tentu tidak heran.
Sebab, sejak SMP, Jamaluddin Jompa sudah mematok cita-cita sebagai seorang peneliti.
“Saya selalu memaksa teman-teman untuk membuat eksperimen. Apapun itu, saya selalu mencoba mempraktikkan sains atau ilmu pengetahuan. Saya kan dulu berasal dari daerah Pinrang dan itu bukanlah tempat yang menginspirasi untuk melakukan penelitian. Maka itu mendorong saya untuk bercita-cita menjelajah dunia. Setelah masuk SMA, saya memilih masuk IPA dan tertarik dengan kimia karena banyak hal yang menarik menurut saya,” ungkap Jamaluddin Jompa dalam suatu wawancara dengan Koran Kampus “Identitas” Unhas.
Sejak dulu, Jamaluddin Jompa memang tertarik dengan laut. Dia beralih, laut menginspirasi dirinya. Laut itu penuh dengan misteri.
Laut itu seperti apa?
Isinya seperti apa?
Sifatnya bagaimana?
Itu semua menjadi pertanyaannya dulu. Saat dia kuliah, belum ada ilmu kelautan (masih menempel pada Fakultas Peternakan dan perikanan menjadi salah satu jurusan). Dia pun memilih perikanan melalui jalur bebas tes.
“Saat itu meneliti sesuatu yang masih cukup sulit dan berskala besar. Itu kalau orang melihat foto-foto waktu penelitian S-1, mereka banyak mengira bahwa penelitian saya mengalahkan penelitian-penelitian S3.
Mungkin berasal dari keluarga ekonomi yang lemah tetapi saya terbantu dengan penelitian. Saya merasa, penelitian selalu membawa kemaslahatan bagi umat manusia,” ungkapnya lagi masih menurut “Identitas”.
Usai S-1 muncul cita-citanya yang baru. Mau keluar negeri. Dia tidak mau berada di zona nyaman. Jamaluddin Jompa mau melanjutkan sekolah di tempat paling jauh melihat dunia lebih luas.