TRIBUN-TIMUR.COM - Baru-baru ini terjadi kecelakaan maut di turunan simpang Muara Rapak, Balikpapan, Kalimantan Timur.
Kecelakaan yang melibatkan truk tronton dengan 6 mobil dan 14 sepeda motor itu terjadi pada Jumat (21/1/2022) sekitar pukul 06.15 Wita.
Kini, sejumlah fakta baru terungkap dalam peristiwa kecelakaan maut itu.
Baca juga: Siapa Sebenarnya Sopir Truk Kecelakaan Maut di Balikpapan? Nekat Langgar Aturan Sebelum Korban Tewas
Baca juga: Truk yang Tabrak Belasan Kendaraan di Rapak Balikpapan Bermuatan Kapur, Sopirnya Bangun Kesiangan
Termasuk temuan aneh Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
Seperti apa temuan itu?
Apakah itu yang jadi penyebab rem blong sehingga kecelakaan terjadi?
KNKT mengungkapkan hasil penyelidikan atas kecelakaan truk di Turunan Rapak, Km 0 Jalan Soekarno-Hatta, Balikpapan, Minggu (23/1/2022).
KNKT menyatakan rangka atau sasis dari truk tronton KT 8534 AJ yang menyebabkan kecelakaan dan menewaskan 4 orang itu ditambah panjangnya 20 cm.
Temuan lain dari penyelidikan adalah ditambahnya sumbu roda pada truk menjadi 3.
Baca juga: Hasil Olah TKP Kecelakaan Maut di Antang, Truk Melaju Kecepatan 20 Km / Jam & Berat 16 Ton
Baca juga: Satlantas Polrestabes Makassar Masih Selidiki Penyebab Kecelakaan yang Tewaskan Emak-emak di Antang
“Axel atau sumbu rodanya juga ditambah satu, sehingga menjadi 3 sumbu roda,” kata Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Dirjen Hubda Kemenhub) Budi Setiyadi.
Truk diketahui menggunakan sistem pengereman Air Over Hydraulic (AOH) atau rem dengan penggunaan angin dan minyak rem sekaligus.
Meski ditemukan fakta baru, hingga kini belum bisa dipastikan apakah penambahan panjang dan sumbu roda ini mempengaruhi sistem pengereman.
Pada kecelakaan yang terjadi di Turunan Rapak Jumat (21/1/2022) lalu, sopir truk Muhammad Ali (48) menyatakan sudah mengerem beberapa kali sebelum mencapai turunan panjang di lampu lalu lintas tersebut.
Kompresor tak lagi memiliki tekanan yang cukup sesampainya di turunan ketiga yang panjangnya lebih kurang 250 meter hingga lampu lalu lintas.
“Habis anginnya, 'ngeblong', gitu,” kata Budi seperti dilansir Kompas.com.