Emil mengakui, memang tidak mudah untuk mendirikan taman baca itu.
Selain membutuhkan waktu yang panjang, mendirikan taman baca juga membutuhkan biaya yang cukup besar.
Beruntung, masyarakat setempat saling bahu-membahu membantunya hingga taman baca itu bisa berdiri sampai sekarang.
Sejauh ini, Emil mengaku sudah memiliki puluhan siswa yang menjadi peserta didik di Taman Baca Nurul Jihad.
Kegiatan belajar mengajar mereka lakukan setiap Sabtu dan Minggu.
"Kegiatan kami mulai pukul 09.00 hingga 11.00. Kita tidak menarik biaya. Semuanya gratis. Kita justru memfasilitasi peralatan sekolahnya" kata Emil menambahkan.
Lokasi taman baca sendiri cukup fleksibel. Mereka bisa belajar di mana saja.
Emil memanfaatkan posyandu, teras masjid, bahkan pematang sawah sebagai tempat pembelajaran.
Kehadiran Taman Baca Nurul Jihad semakin membantu masyarakat ketika anak-anak di masa pandemi ini harus mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Apalagi sistem PJJ yang melaksanakan pembelajaran secara daring atau online, justru membuat anak-anak cenderung bermain game di handphone.
"Kami memfasilitasi buku untuk adik-adik. Nama programnya adalah Bulir Cinta (Buku Bergulir Cinta Membaca). Hal ini tentu saja meringankan sedikit beban orang tua para peserta didik untuk mencari media pembelajaran kepada anaknya" kata Emil.
Kepala Desa Tabbinjai, Zubair mengaku sangat mendukung program Emil di Kampung Parangbebbu.
"Ini wadah yang bagus. Saya sangat mengapresiasi, kami selalu mensupport kegiatan positif seperti ini. Semoga taman baca ini menciptakan pelajar yang berprestasi, berkarakter dan inovatif” ujar Zubair.