TRIBUN-TIMUR.COM - Cacing adalah hewan yang berbentuk tabung serta tidak punya anggota tubuh bagian luar seperti tangan dan kaki.
Pernah lihat saat dipotong tubuhnya akan berubah jadi individu cacing yang baru?
Kok bisa? Jawabannya, itu karena cacing termasuk hewan yang membelah diri.
Ketika dibelah menjadi dua, kedua potongan tubuhnya akan berubah menjadi individu cacing yang baru.
Cacing tidak bisa mati karena dibelah, tapi cacing akan mati jika ditaburi garam.
Benarkah cacing mati karena garam?
Zexuan Wu dan kawan-kawan dalam jurnal Effects of Salinity on Earthworms and the Product During Vermicomposting of Kitchen Wastes (2019) menyebutkan bahwa cacing tanah memberikan respon stress dan kegelisahan pada salinitas yang tinggi (kadar garam tinggi).
Hal itu karena menyebabkan ketidakseimbangan tekanan osmotik yang berujung pada dehidrasi sel.
Ketika cacing ditaburi garam, ia akan menggeliat dan mencoba melarikan diri dari garam tersebut.
Namun, garam menempel pada kulit cacing hingga akhirnya cacing mati.
Hal tersebut dikarenakan cacing memiliki kulit yang sensitif terhadap garam.
Lexi Thota dalam Effect of Different Concentrations of Road Salt on Earthworm Burrowing (2018) menyebutkan cacing memiliki kulit yang sangat lembab dan harus dijaga kelembabannya agar cacing tetap bisa bernafas melalui kulit mereka.
Kulit cacing merupakan membran semi-permeabel yang memungkinkan pertukaran oksigen.
Lendir memfasilitasi pertukaran oksigen tersebut.
Ketika garam ditaburkan ke tubuh cacing, garam akan menyatu dengan lendir, menciptakan larutan NaCl yang sangat pekat.