Aktivitas kemanusiaan masih terus dilakukan selama masa pemulihan ini sejumlah organisasi maupun komunitas lokal, nasional, hingga internasional.
Tak terkecuali Ikatan Alumni Teknik (Ikatek) Unhas dan komunitas Berbagi Bersama yang terus memberikan perhatian ke pengungsi sejak musibah terjadi.
Ikatek Unhas dan Bersama Berbagi serta didukung komunitas Masyarakat Hijrah Tanpa Nama (MaHtaN) telah membangun dua masjid darurat di lokasi pengungsian.
Koordinator Tim Relawan Ikatek Unhas dan Bersama Berbagi Muh Syukri Turusi, mengatakan pembangunan masjid darurat dilakukan karena menjadi kebutuhan warga.
"Apalagi ini sudah semakin dekat dengan bulan Ramadan 1442 Hijriah. Warga di pengungsian minta dibangunkan masjid darurat," kata Rully --sapaan Muh Syukri Tusuri.
"Sebab, masjid yang lama milik warga terdampak gempa dan kondisi tidak memungkinkan lagi untuk dipakai," jelasnya dalam rilis ke tribun-timur.com.
Rully melanjutkan, Ramadan 1442 H kurang dari 40 hari lagi. Bulan mulia dimana amal-amal baik dilipatgandakan oleh Allah segera kita hadapi.
"Kondisi masyarakat Korban Gempa Mamuju dan Majene masih belum pulih. Masih banyak warga yang tinggal di tenda-tenda pengungsian," ujarnya.
Bahkan sebagian warga, khususnya di wilayah Majene terdampak gempa, telah membuat hunian sementara atau Huntara di pekarangan rumah mereka.
Mereka membangun Huntara, karena sebagian besar warga masih belum berani memperbaiki rumah yang roboh.
Saat ini, kondisi di Majene juga masih menunggu musim panenan padi tiba, beberapa bulan lagi.
Sedangkan hasil kebun banyak yang gagal karena tertimbun longsor. Sebagian warga lagi memberanikan diri untuk melaut pasca Gempa.
"Masih banyak Masjid yang roboh pascagempa dan belum dilakukan perbaikan maupun pembangunan masjid-masjid darurat," kata Muh Syukri Tusuri.
Program Recovery
Karena masih banyak masjid belum diperbaiki, lalu bulan Ramadan tak lama lagi, menjadi alasan Ikatek Unhas, Komunitas Berbagi Bersama, serta MaHtaN berinisiatif membangun masjid darurat.