Ruqaiya mengambil salah satu koleksi pedang yang ada dikamarnya.
Dia berusaha mengeluarkan bilah pedang itu tetapi terlihat sangat kesulitan.
Jalal yang melihatnya, berjalan mendekat lalu mengambil pedang itu dari tangan Ruqaiya.
Dengan mudah Jalal mengeluarkan bilah pedang dari sarungnya dan berkata bahwa Ruqaiya sangat pandai memanah tapi bukan bermain pedang.
Jalal menebak benak Ruqaiya dengan mengatakan Ruqaiya pasti melihat dirinya bertarung pedang denga Jodha, karena itu dia tertarik dengan pedang.
Dan sekarang dia juga ingin bermain pedangnya?,
Ruqaiya menjawab, "musuhmu akan melakukan hal yang sama seperti Jodha. Tapi aku senang karena kau telah membalaskan dendamku dengan mengalahkan dia".
Jalal berkata, "Salah. Dia bermain pedang sebaik bermain catur. ". Ruqaiya protes agar jalal jangan berkata baik tentang musuhnya. Tapi Jalal membantah bahwa dia tidak memuji tapi berkata jujur, "Jodha sangat berbakat."
Ruqaiya berkata, " jangan bicara lagi!".
Jalal bertanya apakah Ruq cemburu?. Ruq menjawab bahwa istana para wanita adalah miliknya, untuk menjalankannya di butuhkan pikiran bukan senjata, tidak seperti Jodha yang tidak dapat memimpin istana para wanita.
Jalal berkata bahwa sampai saat ini dia juga berpikir begitu, tapi masalahnya tidak seperti itu.
Ruqaiya mengatakan kalau sepertinya Jalal sangat suka mengganggu Jodha.
Jalal menjawab, sama sekali tidak seperti itu. Mereka berdua harus bisa mengalahkan Jodha.
Jalal teringat kata-kata Jodha tentang hatinya. Dia berkata bahwa sekarang akan melihat hati atau pikiran yang akan menang.
Jodha dan Moti berjalan sambil berbincang.