Sebagaimana dijelaskan Ketua DPD Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Sulselbar, Arief R Pabettingi.
Ia mengatakan, dampak ekspor terhadap resesi Jepang baru akan diketahui sebulan setelah resesi diumumkan.
"Nanti kita lihat. Karena bicara resesi itu banyak faktor pemicunya. Jadi dampaknya luas," katanya.
Ekspor Sulsel ke Jepang banyak dari sektor konsumsi. Seperti udang dan ikan tuna. Olehnya itu ada kemungkinan Jepang tetap membutuhkan pasokan bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan warganya.
"Kalau bicara keseluruhan ekspor kita ke sana (Jepang) terhadap resesi pasti terasa. Karena memang ekspor terbesar kita ke Jepang. Kalau spesifik ke konsumsi kita lihat bagaimana nanti permintaannya," tukas Arief.
Data Badan Pusat Statistik menunjukkan Jepang jadi tujuan ekspor terbesar Sulsel dengan persentase sebesar 68,69 persen.
Diikuti Tiongkok 16,12 persen, dan Malaysia 7,80 persen. Nikel mendominasi ekspor Sulsel hingga 64 persen. Sementara untuk konsumsi, ekspor Sulsel hanya 4,76 persen.