Keterbatasan Seharusnya Membawa Pada Sikap Tawadu (2)
Oleh: Ahmad M Sewang
Guru Besar UIN Alauddin Makassar dan Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) Ikatan Masjid Mubalig Indonesia Muttahidad (IMMIM)
Perkembangan pengetahuan akhir-akhir ini, semakin mengarah ke bidang spesialis.
Demikian halnya ilmu pengetahuan Islam mengalami perkembangan semakin mengarah ke penguasaan pada bidang konsentrasi ditekuni.
Seorang ilmuwan muslim tidak lagi memungkinkan ahli dalam semua bidang keilmuan Islam yang luas.
Tuntutan zaman, menghendaki seseorang hanya bisa ahli dalam satu bidang keilmuan, seperti fikih, pemikiran, sejarah, tafsir, hadis, bahasa dan ilmu-ilmu keislaman lainnya.
Demikian itulah yang sedang terjadi di Universitas Islam. Keilmuan Islam dibagi ke dalam 4 atau 5 fakultas.
Setiap fakultas dibagi lagi ke dalam beberapa program studi (prodi) dan setiap prodi terbagi lagi dalam beberapa konsentrasi.
Beda dengan ilmuwan masa lalu, seperti Imam al-Gazali, dikenal ulama yang all round.
• Sebelum SKB Wajib Isolasi 14 Hari, BKD Sulsel: Peserta Bebas Pilih Lokasi
• Elitis Kluster Kantor vs Transmisi Lokal Covid-19, Makassar Waspada!
Ia ahli dalam berbagai bidang keilmuan Islam disebabkan pembidangan masih terbatas. Juga tidak banyak problem di zamannya yang bisa menyita perhatian.
Berbeda halnya sekarang, pembidangan ilmu agama Islam semakin banyak dan mengerujut.
Tulisan ini sekaligus menghapus image dalam masyarakat muslim awan yang beranggapan, semua alummni UIN serba bisa.
Semua menguasai ilmu tafsir al-Quran. Sementara prodi tafsir hanya terdapat di salah satu dari 5 fakultas agama yaitu Fakultas Ushuluddin UIN Alauddin.
Jika demikian, apa yang perlu dilakukan sekarang dalam menjawab tuntutan zaman?
Menurut pengamatan penulis terdapat tiga kompetensi yang perlu dimiliki seorang alumni UIN, yaitu: