Karena ini prototipe, biayanya mencapai hampir 20 juta. Namun untuk produksi selanjutnya, kami perkirakan di bawah 10 juta rupiah.
Komponen lokal yang dikandung adalah 60%.
Sementara 40% komponen masih harus kita datangkan dari luar.
Dekan FT Unhas, Prof. Dr. Ir. M. Arsyad Thaha, MT, menjelaskan bahwa produk ini merupakan kebutuhan penting saat ini.
Begitu pihaknya mengetahui ada persoalan terkait perawatan gigi yang dihadapi tenaga medis, pihaknya merespon cepat untuk berkolaborasi mendesain dan menghasilkan produk ini.
Prototipe yang diluncurkan dan perkenalkan hari ini adalah generasi pertama. Ini akan terus dikembangkan menjadi lebih sempurna.
Rencana pengembangan lanjutannya adalah menyempurnakan tampilan, serta menambahkan teknologi kontrol melalui suara.
"Kita juga akan memproduksi dalam jumlah besar, sambil menunggu ijin edar dari lembaga terkait,” kata Prof. Arsyad dikutip dari rilis.
• ADS Prihatin dengan Pemain Bola Indonesia, Dibayar Klub Hanya 25 Persen dari Kontrak
Sementara itu Dekan FKG Unhas, drg. Muhammad Ruslin, Sp.BM(K), Ph.D, menjelaskan bahwa alat ini dipastikan akan dicari oleh tenaga medis, klinik, dan rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan gigi.
Dalam suasana pandemi, masyarakat diminta menutup mulut dengan masker.
Tetapi di rumah sakit dan klinik gigi, pasien diminta untuk membuka mulut. Itukan potensi menyebarkan virus yang sangat besar.
"Itulah sebabnya, produk ini saya yakin akan sangat dicari,” kata Ruslin.
Pada kesempatan melakukan uji coba E-Magic UH1, Rektor Unhas Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA menyatakan apresiasi dan penghargaan atas respon cepat dari kolega di FKG dan FT Unhas.
Apalagi, dalam proses pembuatannya, tim ini juga melibatkan mahasiswa.
Menurut Dwia, sekarang ini mahasiswa Unhas didorong untuk memiliki pengalaman langsung dalam menghasilkan inovasi.