Inspirasi Ramadan 1441 H

Idulfitri: The End of The Game atau The Game Never Ends dalam Game Ramadan

Editor: AS Kambie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Afifuddin Harisah, Pembina Pondok Pesantren An Nahdlah Makassar/Akademisi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Afifuddin Harisah
Pembina Pondok Pesantren An Nahdlah/Akademisi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Penggemar game, online atau offline, pasti paham bahwa setiap permainan pasti memiliki tahapan-tahapan atau level-level yang harus dilewati. Mulai dari level yang termudah sampai ke level yang tersulit.

Pemain tidak bisa memasuki level tertentu sebelum menang di level sebelumnya. Anda tidak bisa menyuap provider game untuk berspekulasi dan melewati level-level yang sulit tanpa usaha. Artinya Anda harus ‘ikhlas’ dalam bermain game, meskipun mainnya dalam kamar tidak ada yang menonton.

Berpuasa di bulan Ramadan ibaratnya kita memasuki arena game yang jauh lebih dahsyat dari arena-arena apapun di dunia ini.

Arena uji keimanan yang amat panjang, sebulan penuh, dengan seluruh tantangan dan liku-likunya. Mirip dengan game di hp android, anda pun tidak bisa berspekulasi selama berpuasa ramadan.

Diam-diam melahap es krim Walls dalam toilet lalu mulut dilap tissu, makan pallu basa di warung tenda pinggir jalan sambil kaki diangkat ke bangku, atau rajin berwudhu sambil sesekali menelan air saat berkumur. Tanpa disadari, anda sudah didiskualifikasi malaikat.

Dalam berpuasa sebulan penuh, kita melalui level yang termudah.  Level ini semua orang, bahkan anak kecil pun, bisa melewatinya.

Level menahan diri untuk tidak makan, tidak minum dan segala yang membatalkan puasa. Tantangannya mudah dan semua bisa melewati dengan macam-macam cara.

Dan cara yang paling ekstrem adalah tidur sepanjang hari dan bangun saat jelang azan magrib. Level ini tidak menjamin bahwa semua orang telah mampu mendidik nafsunya untuk imsak yang sebenarnya.

Level berikutnya adalah tantangan untuk menahan anggota tubuh dan pikiran dari hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai puasa.

Anda mungkin tidak makan, tetapi mata anda memelototi postingan-postingan makanan di instagram. Masih untung kalau makanan yang ditonton, bukan tontonan lain yang lebih “menggiurkan.”

Mulut Anda mungkin kering akibat haus karena puasa, tetapi belum tentu bisa menahan dari membicarakan aib dan melecehkan orang lain.

Anda berada di rumah tidak ke mana-mana, tetapi tangan anda tidak ada habisnya menyebarkan bully, provokasi dan hate speech di sosmed, tanpa tabayyun dan muhasabah.

Di level ini mulai banyak berjatuhan. Pahala-pahala ibadah berguguran dan doa-doa tertolak. Yang banyak bermunculan adalah para pemain ‘agama simbolistik’, berpuasa lahiriah tapi rakus dan kejam batiniah.

 Nabi SAW sudah memperingatkan, “kam min shoimin laisa lahu min shiyamihi ilal ju’i wal ‘atasy.” Banyak orang yang berpuasa, tetapi tidak ada yang dia peroleh dari puasanya itu kecuali lapar dan haus. You lost!

Halaman
12

Berita Terkini