Tenggorokan mulai sakit ketika digunakan untuk menelan, dan berbicara.
Badan menjadi lelah, dan mual-mual, diare, serta nyeri pada jari-jari.
Pada hari ini, kesulitan bernapas mulai dirasakan.
Hari 7
Hari ketujuh demam semakin meningkat, berkisar antara 37,4 derajat hingga 37,8 derajat.
Batuk, dan dahak semakin memburuk, begitupula dengan nyeri kepala yang semakin meningkat.
Nyeri mulai dirasakan di seluruh tubuh.
Frekuensi pernapasan semakin terganggu, jarak antara helaan napas semakin pendek, diare semakin parah.
Hari 8
Demam mulai masuk kategori tinggi, di angka 38 derajat.
Pernapasan terus memburuk, dada terasa berat, dan sulit untuk bernapas.
Batuk terus-terusan, disertai nyeri sendi, dan sakit kepala.
Hari 9
Hari kesembilan, demam menjadi tidak beraturan, seluruh gejala semakin memburuk.
Batuk semakin parah, dan gangguan pernapasan semakin memburuk.
Berdasarkan keterangan Juru Bicara Penanganan Corona'>Virus Corona, Achmad Yurianto, per Senin (23/3/2020), terhitung total 579 orang positif Covid-19.
Jumlah tersebut naik 65 pasien, dari angka sebelumnya, yakni 514 pasien.
"Sehingga total saat ini ada 579 pasien positif Covid-19," ungkap Yuri dalam konferensi pers di Graha BNPB, Senin.
Empat puluh sembilan pasien telah meninggal, dan 30 pasien telah diumumkan sembuh.
"Ada satu tambahan pasien yang sembuh. Sehingga sampai saat ini total jumlah pasien yang sembuh sebanyak 30 orang," ujar Yuri.
Jokowi Geram Masih Ada Warga Sepelekan Corona
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menanggapi terkait penanganan penyebaran wabah Corona Virus Corona (Covid-19) di Indonesia.
Jokowi menyayangkan masih banyak warganya yang meremehkan physical distancing atau menjaga jarak fisik antar manusia.
Ia mencontohkan kasus di mana seorang pasien suspect Covid-19 yang sedang dikarantina justru pergi membantu pernikahan tetangganya.
Dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (24/3/2020), awalnya Jokowi menjelaskan alasan Indonesia tidak menerapkan lockdown.
Ayah Gibran Rakabuming Raka itu menjelaskan bahwa setiap negara memiliki gaya tersendiri dalam menangani Covid-19.
"Perlu saya sampaikan bahwa setiap negara memiliki karakter yang berbeda-beda, memiliki gaya yang berbeda-beda, memiliki kedisiplinan yang berbeda-beda," katanya.
Jokowi mengatakan berdasarkan data-data dari Kementerian Luar Negeri, terkait penanganan Covid-19 di berbagai negara di dunia, Indonesia paling cocok menerapkan physical distancing.
"Oleh sebab itu kita tidak memilih jalan itu, dan itu sudah saya pelajari, dan memiliki analisa-analisa," ujarnya.
"Sehingga di negara kita memang yang paling pas adalah physical distancing, menjaga jarak aman, itu sudah paling penting."
Presiden RI Joko Widodo, Pengarahan Presiden RI kepada Para Gubernur Menghadapi Covid-19, Selasa (24/3/2020) (youtube sekretariat presiden)
Jokowi percaya apabila physical distancing dapat dilakukan, maka penyebaran Covid-19 pasti dapat ditekan.
"Kalau itu bisa kita lakukan, saya yakin bahwa kita akan bisa mencegah penyebaran Covid-19 ini," ujarnya.
"Tetapi membutuhkan sebuah kedisplinan yang kuat, membutuhkan ketegasan yang kuat," sambung Jokowi.
Jokowi lalu mencontohkan sejumlah kasus yang menunjukkan adanya masyarakat yang masih menganggap enteng Covid-19.
"Jangan sampai yang sudah diisolasi, saya membaca sebuah berita, sudah diisolasi masih membantu tetangganya yang mau hajatan," kata Jokowi.
"Sudah diisolasi masih beli handphone, dan belanja di pasar."
"Saya kira kedisplinan untuk mengisolasi, itu yang paling penting," ujarnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunsolo.com dengan judul Mengapa Kita Merasa Sakit Setelah Membaca Informasi Gejala Corona? Ini Penjelasan Dokter, https://solo.tribunnews.com/2020/03/26/mengapa-kita-merasa-sakit-setelah-membaca-informasi-gejala-corona-ini-penjelasan-dokter