Pada tahun 2013, ia melanjutkan pendidikan pascasarjananya dan menjadi orang Indonesia pertama yang diterima di program gelar ganda di Harvard University, Cambridge, Massachusetts dan Stanford University, Palo Alto, California sekaligus, dua universitas paling bergengsi di dunia.
Di Harvard University ia mengambil jurusan Master of Public Administration (Kebijakan Publik), sedangkan di Stanford University, ia mengambil jurusan Master of Business Administration (Bisnis Manajemen).
Karena berprestasi dalam bidang akademis, ia juga mendapatkan kesempatan terdaftar sebagai mahasiswa tamu di Massachusetts Institute of Technology, yang juga merupakan salah satu universitas terbaik di dunia.
Belva juga tercatat terdaftar silang (cross-registered) sebagai mahasiswa di fakultas lain di Universitas Harvard, termasuk Harvard Law School, Harvard Medical School, dan Harvard Graduate School of Education.
Ia juga aktif menjadi peneliti (Fellow) di Harvard Ash Center for Democratic Governance and Innovation.
Untuk program pascasarjana di Amerika Serikat ini, ia berhasil mendapatkan beasiswa penuh dari Lembaga Pengelola dana Pendidikan, yang dikelola oleh Kementerian Keuangan.
Tidak hanya berprestasi akademis, ia pun banyak dikenal sebagai salah satu alumni penerima beasiswa Lembaga Pengelola dana Pendidikan yang telah berkontribusi untuk kemajuan tanah air lewat kiprahnya di dunia teknologi pendidikan.
Karier
Seusai studi sarjananya di Singapura, Belva memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan menolak banyak tawaran pekerjaan dengan gaji yang tinggi di Singapura.
Di Jakarta, ia memutuskan untuk bekerja di Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan di bawah kepemimpinan Kuntoro Mangkusubroto, dan sebagai konsultan manajemen di McKinsey & Company.
Dalam kapasitas tersebut, ia memimpin berbagai studi internasional mengenai transformasi sistem pendidikan dan strategi peningkatan kesehatan publik untuk negara-negara di kawasan Asia Tenggara, komunitas donor, dan agensi internasional, yang berbuah pada penghargaan Client First Award yang diraihnya sebagai salah satu konsultan manajemen terbaik di Asia Tenggara pada tahun 2012.
Dari pengalaman ini, ia bertekad untuk juga terjun langsung untuk membantu Indonesia dalam transformasi sistem pendidikan.
Pada tahun 2014, ia pun mendirikan Ruangguru, sebuah startup teknologi dengan misi sosial pendidikan, bersama dengan sahabatnya, Muhammad Iman Usman.
Ruang Guru
Setelah lulus dari program gelar ganda di Amerika Serikat, pada tahun 2016, ia memutuskan untuk fokus dalam perbaikan pendidikan di Indonesia, dan kembali ke tanah air menjabat sebagai posisi Direktur Utama di Ruangguru.